Roy akhirnya pulang ke rumah dengan langkah gontai. Wajahnya kusut dan berantakan.
Mama dan papanya sampai terkejut melihat Roy datang dalam keadaan seperti itu.
"Roy, are you okay?" tanya sang mama yang dihinggapi kecemasan.
"Kamu kenapa Roy? Ada masalah di klinik?" timpal papanya yang langsung menghentikan aktivitas membacanya.
Roy tak menjawab. Hanya menatap kedua orang tua angkatnya itu secara bergantian.
Apakah gue bakalan bisa kayak papa yang menerima secara tulus kondisi mama? batin Roy dengan tatapan kosongnya.
"Kok malah bengong kamu?" tegur sang papa yang merasa tak direspon.
"Sini duduk, Nak. Bicara ada apa? Kamu nggak biasa-biasanya pulang sekusut ini." Sang mama menyuruhnya untuk duduk.
Roy sebenarnya sudah cukup lelah dan mengantuk, tapi ada yang harus ditanyakannya malam ini juga pada mama papanya. Sesuatu yang penting yang akan menjadi bahan pertimbangannya terkait masalahnya dengan Mona.
Roy akhirnya mendekat dan mengambil tempat di tengah-tengah mama papanya. Lalu menempelkan kepalanya di bahu sang mama. Tak ayal kedua orang tuanya makin kebingungan mendapati anak bujangnya itu terlihat begitu mellow.
"Ma... Pa... Roy mau cerita, boleh?" ungkapnya tiba-tiba.
"Ya boleh dong," balas sang papa yang langsung memberikan fokusnya seratus persen.
"Ceritalah, Nak." Sang mama pun tak kalah perhatiannya, "Malam ini telinga mama standby buat kamu."
Menyaksikan betapa perhatian mama papa kepadanya, makin membuat Roy malu hati karena sempat berpikir tak adil terhadap kondisi Mona.
"Roy jatuh cinta sama seseorang. Roy pengin dia jadi istrinya Roy."
Kedua binar mata orang tuanya langsung terpancar.
"Wah, Pa, bentar lagi kita mau punya menantu." Mama tersenyum sangat bahagia.
"Galau rupanya karena persoalan perempuan, toh. Siapa dia, Roy?" Sang papa juga tampak bersemangat membahasnya.
"Mona. Adik sepupunya Kala," jawab Roy.
"Oh ya? Wah ternyata jodohmu nggak jauh-jauh ya. Rupanya sepupu bosmu sendiri. Hahaha..." Sang mama menepuk pipi Roy beberapa kali saking senangnya.
Namun, rupanya sang papa lebih peka saat dilihanya mata Roy masih tetap sendu meski sudah bercerita.
"Terus kenapa masih galau? Kamu ditolak?" tandas sang papa heran.
"Eh iya, kenapa mukanya masih ditekuk begini?" Mamanya ikut membenarkan omongan suaminya.
"Mona nggak sama kayak perempuan pada umumnya, Ma, Pa?" ucap Roy melemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Takdir (TAMAT)
RomanceTentang jiwa-jiwa yang memendam, namun berharap terikat dalam satu ikatan takdir. Tentang sebuah tanya atas nama-nama yang tersebut memang sudah tertulis untuk saling berdampingan? Tentang kekuatan hati yang apakah mampu mematri dalam derasnya kead...