Part 31 - Hilang

38 2 0
                                    


Mona baru kembali dari rapat bersama salah satu vendor yang bergabung untuk sebuah acara yang Mona tangani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mona baru kembali dari rapat bersama salah satu vendor yang bergabung untuk sebuah acara yang Mona tangani. Mona memarkirkan motornya ke dalam teras dan segera naik ke atas. Begitu sampai di ujung tangga teratas, Mona tak melihat tanda kehidupan di kamar Sea. Pintu kamar itu tertutup rapat dengan lampu padam.

"Apa udah tidur ya?" Mona segera mendekat ke jendela.

Tak lama, ada salah satu penghuni kos menyahut memanggil namanya, "Ngapain lo di depan situ, Mon?"

Mona tersentak kaget. "Ah elo... bikin kaget gue aja. Mbak Sea udah tidur ya?"

"Lah lo nggak tahu? Dia pergi. Tadi sempat kirim pesan ke handphone gue, katanya dia titip awasin kamar. Dia mau pergi beberapa hari."

"Ke mana?"

"Nggak bilang. Nggak nanya juga sih gue. Gue kira lo udah tahu."

"Nggak. Gue sibuk banget."

"Eh, emang benar ya kosan kita tadi kemalingan? Katanya Mbak Sea sama Ajeng sampai di bawa ke klinik?"

Mona mengangguk, membenarkan berita itu.

"Ih ngeri dong. Ntar kalau malingnya balik lagi gimana?" Teman kos Mona bergidik takut.

"Nggak mungkin juga sih. Namanya cari mati itu maling. Gue lihat tadi banyak warga yang ronda di bawah."

"Oh gitu. Syukur deh."

"Ya udah, deh. Gue ke kamar dulu ya." Mona berpamitan dengan tetangga kamar kosannya itu dan segera masuk ke dalam kamarnya sendiri. Pintu kamarnya lalu di kunci rapat.

Baru kali ini menghadapi Sea semarah itu padanya sampai-sampai dirinya tidak diberitahu perihal kepergian mendadak itu.

"Mbak Sea pergi ke mana ya? Aduh, kalau sampai Mas Kala tahu masalah ini apa kabar nasib gue?" Mona menggaruk-garuk rambutnya meski tak gatal.

Tak lama, orang yang paling diharapkan untuk tidak menghubunginya, malah justru meneleponnya. Nama Kala muncul di layar ponselnya.

"Aduh, mati deh gue!" Mona menepuk keningnya. Kebakaran jenggot.

"Lagian ngapain sih Mas Kala jam segini telepon-telepon? Aaaah, pasti dia hubungin Mbak Sea tapi nggak diangkat-angkat. Sekarang pasti dia mau tanya gue, kenapa Mbak Sea nggak angkat teleponnya. Dia nyangkanya Mbak Sea ada di kosan. Padahal nggak ada. Ya ampun, gue mesti ngomong apaan? Angkat nggak ya?"

Mona akhirnya hanya menatap layar ponselnya tanpa ada niat sedikitpun untuk mengangkatnya. Mona membalik ponselnya dan menindihnya dengan bantal.

"Maaf, Mas Kala. Mona bingung harus ngomong apa ke mas."

Mona melempar tubuhnya ke kasur dan memilih untuk tidur. Melepaskan rasa lelah dan penat hari ini.

***

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang