Part 19 - Pesaing Terselubung

40 2 0
                                    

Halooo semuanyaaa...

Selamat Hari Raya Idulfitri... Mohon maaf lahir batin...

 Mohon maaf lahir batin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Acara donor darah dimulai. Banyak calon pendonor berdatangan. Baik Kala dan dokter dari PMI sibuk melakukan screening awal untuk menentukan layak atau tidaknya mereka untuk mendonorkan darahnya.

Sea juga terlihat wara-wiri membantu membagikan makanan katering untuk para panitia dan dokter, serta petugas lainnya. Sea lalu menghampiri Kala dan meletakkan nasi boks dan cemilan jajanan kue basah di mejanya. Kala menoleh ke arah Sea.

"Silahkan, Pak Dokter."

"Terima kasih, Se." Kala kembali fokus pada pekerjaannya. Saat bekerja, sosok Kala lebih banyak diam dan hanya menanggapi seadanya.

Tapi di saat Sea hilang dari peredaran. Mata Kala selalu bisa menangkap keberadaan Sea. Lalu melempar tanya dengan bahasa bibirnya, "Mau kemana?"

Sea menunjuk ke arah luar aula. Kala mengangguk paham dan kembali melayani para calon pendonor.

Tapi sesuatu kemudian terjadi dan itu terlihat oleh Kala. Seorang laki-laki memanggil Sea dari arah luar saat Sea hendak berjalan keluar aula. Laki-laki itu berlari mendekati Sea dan langsung mengajaknya mengobrol persis di depan pintu masuk aula. Radar waspada Kala menyala. Kala mulai mengawasi gerak-gerik laki-laki tersebut.

Panitia mahasiswa di dekat Kala kasak-kusuk ketika ibu dosen mereka di dekati oleh laki-laki itu.

"Itu bukannya Mas Bara ya? Yang kemarin mengisi seminar umum."

"Iya. Katanya teman kuliahnya Bu Sea dulu."

"Oh, pantas dekat banget."

Kala mendengarkan obrolan itu dengan seksama. Dekat? batin Kala. Sedekat apa mereka? Kala kembali terus mengawasi Sea dan seseorang yang katanya bernama Bara.

Memang sesekali Sea terlihat tertawa renyah sambil menutup wajahnya ketika sedang mendengarkan Bara bicara. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi Kala tidak suka Sea berbagi senyum untuk laki-laki itu. Tak lama, Sea mempersilahkan Bara untuk masuk dan mendonorkan darahnya. Tapi rupanya, Sea tidak ikut mendampingi dan malah memanggil Jodi untuk menemani Bara ke dalam. Dan Sea melanjutkan berjaga di depan aula.

Kala sedikit lega mendapati Sea tidak ikut mendampingi laki-laki ini. Entah kenapa bisik-bisik para panitia mahasiswa tadi membuatnya agak 'panas'. Kala seperti tidak terima mendengar kedekatan Sea dengan Bara. Meskipun mereka mungkin hanya sebatas teman. Egois sekali, pikir Kala. Tapi mau bagaimana lagi, hatinya tidak sedang bisa berkompromi.

Tatapan mata Bara pun sangat mudah terbaca betapa Sea ada dalam prioritasnya, sama seperti dirinya saat ini. Kala juga menangkap Bara beberapa kali menoleh ke arah Sea untuk memastikan Sea ada di tempatnya dan tak jauh-jauh dari jangkauan matanya. Sudah jelas, Bara ini pesaing terselubungnya.

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang