Seminar umum kewirausahaan di kampus Sea sedang berjalan. Sea sendiri yang menjadi moderator serta mengarahkan jalannya seminar tersebut. Menjembatani sajian yang Bara tampilkan dan mengakomodir pertanyaan-pertanyaan yang hendak ditanyakan peserta kepada Bara. Baik Sea maupun Bara tampil profesional.
Dari obrolan tersebut, Sea akhirnya tahu bahwa Bara benar-benar bekerja keras untuk kehidupannya dan adiknya. Terlihat hasil yang Bara dapat wujudkan. Lima tempat pangkas rambut modern ala anak kekinian yang diberi nama Senja Kelana Barbershop. Di ambil dari nama terakhir Bara dan Sadam. Kembara Senja dan Sadam Kelana. Bahkan kemarin, Bara dan Sadam baru saja soft launching coffee shop yang didedikasikan untuk para pecinta vespa dan diberi nama serupa, Senja Kelana Coffee Shop.
Sea secara pribadi tak bisa menutupi rasa salut atas kegigihan Bara. Harus diakui bahwa Sea sangat kagum dengan hal itu. Jarang ada seseorang yang bisa mengalahkan rasa trauma sebegitu berat dan mengembalikan keadaan hidupnya hingga seperti saat ini. Dan Bara berhasil menjadi orang hebat itu.
Kekaguman di mata Sea, kembali tertangkap oleh Mona yang duduk tak jauh di deretan atas kursi aula. Mona sedikit gemas tak tahu harus bagaimana? Dia belum pernah melihat ekspresi Sea yang seperti ini. Baru kali ini, Mona menemukan nuansa lain dari Sea. Sea benar-benar bisa lepas tertawa. Sangat santai dan tanpa beban.
Seusai acara itu, Sea pun masih sibuk berdiskusi sesaat dengan Bara. Mereka pun tanpa canggung bertukar nomor handphone. Sea bahkan berinisiatif mengantarkan Bara hingga ke parkiran. Mona pun tetap mengikuti gerak-gerik Sea dari kejauhan. Terdengar Sea bahkan masih berkelakar dengan Bara.
"Tetap ya, Vespa," ujar Sea menepuk jok vespa Bara.
"Yoi. Gue sama vespa itu kayak kentut sama bau. Satu paket."
"Tapi kayaknya vespa yang ini seharga satu unit rumah baru di pinggiran kota deh," singgung Sea yang kebetulan tahu rate harga dari vespa yang Bara kendarai.
"Apaan sih, biasa aja."
"Lain deh, Bos tukang cukur."
"Eh, kapan-kapan mainlah ke coffee shop gue. Ajak teman-teman dosen lo, nanti gue kasih diskon."
"Siap."
"Benar ya? Gue tunggu lo."
"Iya, beneran."
"Awas ya. Nggak datang-datang, gue samperin elonya," sahut Bara sedikit memberi ancaman lembut.
"Mau ngapain, hah?"
"Jemput lo dong."
Sea terdiam sesaat, mendengar Bara yang hendak menjemputnya. Hatinya merasa ada yang salah. Tiba-tiba Sea berubah gelisah sendiri. Mendadak muncul bayangan Kala dalam pikirannya. Kenapa Kala yang muncul dalam pikirannya? Sea merasa dirinya saat bersama Kala jauh lebih terjaga. Sementara, bersama Bara saat ini... entah mengapa Sea seakan lupa penjagaannya terhadap dirinya sendiri. Menyadari itu, Sea buru-buru menahan diri dan beristigfar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Takdir (TAMAT)
RomanceTentang jiwa-jiwa yang memendam, namun berharap terikat dalam satu ikatan takdir. Tentang sebuah tanya atas nama-nama yang tersebut memang sudah tertulis untuk saling berdampingan? Tentang kekuatan hati yang apakah mampu mematri dalam derasnya kead...