Part 6 - Pencarian Pembicara Terakhir

43 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sekian perkuliahan hari ini. Sampai ketemu minggu depan. Jangan lupa di baca untuk materi selanjutnya. Selamat siang," ucap Sea menutup kelasnya siang ini.

"Siang Bu Seaaaaa," teriak seluruh mahasiswa yang tak lama berhamburan ke luar kelas.

Sea yang sedang siap-siap keluar, teringat memiliki urusan dengan Jodi. Lantas Sea memanggilnya, "Jod, kamu dan Renata ikut saya ya ke ruangan dosen."

"Baik, Bu."

"Oh iya, Tita... tolong titip infoin ke panitia mahasiswa yang lain. Siapa tau ada kenalan atau keluarga kalian yang bisa jadi pembicara. Kalau ada yang bersedia, segera kabarin Jodi atau saya langsung. Saya duluan ya."

"Siap, Bu," jawab Tita.

"Tita, lo duluan aja ke kantinnya. Gue mau menghadap Bu Sea bentar," ucap Renata.

"Oke, Ren," balas Tita menggangguk.

"Ayo buruan, Jod," ajak Renata langsung.

"Lo duluan deh. Gue nyusul. Mau ke toilet dulu. Panggilan alam." Jodi memegangi perutnya.

"Oke deh." Renata buru-buru mengejar Sea yang sudah meninggalkan kelas.

Tiba-tiba dari arah belakang Tita, datang Sadam mendekat. Mahasiswa yang hobi sekali pakai topi itu mengambil tempat persis di belakang bangku Tita.

"Titaaa..." Suara Sadam menggema. "Ke kantin yuk."

"Bentar ya, Dam. Gue mau share info ke grup panitia dulu."

Jodi yang baru saja mau ke luar kelas, ikut nimbrung dan menggoda Sadam. "Kuliah pakai topi. Lepas kali." Jodi iseng mengambil topi Sadam. Namun Jodi malah menemukan potongan baru rambut Sadam yang keren banget. "Wuih, rambut baru nih. Keren, cuy. Potong rambut di mana lo?"

Sadam menarik kembali topinya dari Jodi. "Iseng banget sih. Potong di barber abang gue."

"Oh iya ya, abang lo kan punya barber ya," sahut Jodi yang tiba-tiba bersemangat sampai memukul meja kuliah.

"Iya, kenapa emangnya?" tanya Sadam yang mulai membaui maksud terselubung Jodi.

Jodi tersenyum menatap Sadam. "Abang lo aja yang jadi pembicara buat Seminar Umum Fakultas."

"Ah yang bener aja. Ya kali abang gue mau," protes Sadam.

"Ya dibujuk dulu, Dam."

"Ogah ah!"

"Tolongin kita lah, Dam. Udah pusing nih gue nyari pembicara. Masih kurang satuuuuuu lagi." Jodi sampai membungkuk-bungkuk memohon.

"Nggak ah," tolak Sadam kekeh.

Tita membalikkan badan ke arah Sadam. Jodi memberi kode pada Tita agar mau membujuk Sadam. Tita mengangguk paham.

"Sadaaaaam... mau ya bantuin kita," rayu Tita yang coba membantu Jodi.

"Nggg..." Mendengar suara Tita memohon begitu, pertahanan Sadam mulai melemah. Dia mulai goyah dengan ketidakmauannya. "Gimana ya, Ta?"

"Mau ya... bantuin kita. Demi kampus... atau nggak.... demi gue deh." Tita berupaya kembali membujuk Sadam. Semakin mendramatisir kata-kata yang dilontarkannya agar Sadam berubah pikiran.

"Ayolah, Dam. Coba dulu aja. Masa iya abang lo nggak mau bantuin lo," timpal Jodi.

"Mau ya, Dam. Sadam baik deh," lanjut Tita membombardir pertahanan hati Sadam.

Sadam tertegun sejenak, memikirkan apakah abangnya mau terlibat dengan acara seperti ini. Apalagi jadi pembicara yang harus berhadapan dengan banyak orang. Mau nggak ya abang gue? batin Sadam.

"Ya, dia bengong? Gimana?" desak Jodi.

"Ya udah deh. Gue coba dulu ya. Tapi gue nggak berani janji apa-apa ya. Takutnya abang gue nggak mau."

"Oke, yang penting lo coba ngomong dulu ke abang lo," ucap Tita menyemangati, "makasih ya, Dam."

"Ya udah. Gue tunggu kabarnya. Gue ke toilet dulu ah. Takut kelamaan. Kasihan Bu Sea nungguin gue."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang