Part 10 - Sigap

52 2 1
                                    

Halooo salam kenal dengan para pembaca yang baru bergabung....

Gimana udah mulai gregetan belum? hihi... Terus ikutin ya ceritanya... 

Di tunggu vote dan komennya. Jangan lupa spam lemonnya kalau kalian suka ceritanya... 

Ya Tuhan, andai kamu tahu saya itu sukanya sama kamu bukan sama donat, Sea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya Tuhan, andai kamu tahu saya itu sukanya sama kamu bukan sama donat, Sea.

.

.

.

Tak ingin lama-lama terdiam, Kala kembali berusaha mengajak Sea mengobrol, "Kamu tadi sudah dapat yang dicari di toko buku, Se?"

"Sudah." Sea mengangkat sebuah buku novel ke hadapan Kala.

"Suka baca novel?" tanya Kala bersemangat. Topik bahasan baru yang bisa mencairkan suasana kaku keduanya.

"Suka. Buat me time kalau lagi bete sama kerjaan."

Sea tiba-tiba menggigit bibirnya. Merasa salah omongan saat membahas pekerjaan. Sea paling malas membahas tentang kerjaannya di depan orang baru. Please, jangan tanya kerjaan gue apa? Jangan lo tanyaaaa, pinta Sea dalam hatinya sambil sesekali membuang pandangan matanya karena tak nyaman.

Kala benar-benar mencoba memahami ekspresi perempuan di depannya itu. Sepertinya tidak untuk saat ini ia bertanya tentang apa pekerjaannya. Walaupun sebenarnya ia sudah tahu.

"Betul, saya juga begitu. Baca buku kalau lagi sumpek sama kerjaan," ucapnya ringan.

Mata di depan Kala itu sontak berbinar. Kaget tapi sekaligus terkagum. Akhirnya ada salah satu dari spesies pria di muka bumi yang tidak kepo dengan apa pekerjaannya. Sea mengapresiasi usaha Kala untuk membuatnya nyaman.

"Baca buku buat saya pribadi juga semacam healing kayak masuk ke sebuah pintu dimensi lain yang bikin saya lupa sebentar sama beban kerjaan saya yang melelahkan," lanjut Kala lagi sambil mengetuk-ngetuk meja resto dengan jari telunjuknya.

Sea menatap lekat makhluk ajaib di depannya itu. Kenapa semakin Kala bicara, hatinya makin tak keruan. Kala tampak menawan dengan gayanya seperti ini. Beda dari makhluk sejenisnya di luaran.

"Persis. Saya juga berpikir seperti itu. Terkadang kita perlu ke luar pintu sendiri untuk mengenal dunia lain," timpal Sea semangat. Tapi tiba-tiba, Astagfirullah... runtuk Sea sambil berteriak dalam hati. Apa sih lo, Se. Random banget omongan lo. Sok bijak betul. Sungguh memalukan.

"Omongan traveler sejati," seru Kala terkekeh pelan, tak menyangka Sea malah lebih berwarna-warni ucapannya. "Gunung atau laut?" tanya Kala lagi.

"Hah?" Sea melongo

"Kamu suka ke gunung atau ke laut?" ulang Kala.

"Saya nggak tahu ini kebetulan apa nggak. Tapi sesuai nama saya, saya lebih suka laut. Saya anak pantai. Hahaha..."

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang