Part 42 - Teryakinkan

43 2 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ja.. Jadi Kala yang tadi tolongin mas," ujar sea lirih.

Sea menoleh ke arah Mona. Senyum Mona sudah tercetak tebal menggodanya. Bagaimana bisa Mona tidak menjelaskan perihal kedatangan Kala bersamanya?

"Lo bareng Kala?" bisik Sea mencoba memastikan. Mona mengangguk, sambil menahan senyum.

"Kok lo nggak bilang sih," sahut Sea dengan wajah yang sudah benar-benar merah.

Mona hanya bisa nyengir membalas keluhan itu. Bukan maksud Mona mengerjai Sea. Hanya saja Mona penasaran terhadap reaksi Sea jika tiba-tiba melihat kakak sepupunya hadir di hadapannya.

Dan benar saja, Sea langsung salah tingkah. Apalagi ketika Kala mulai melangkah masuk dan berjalan semakin mendekat.

Detak jantung Sea benar-benar terdengar kencang. Bahkan Sea berusaha keras menekan dadanya agar bisa menormalkan kembali ritme detak jantungnya. Bahkan Sea sampai tidak menyadari tangan Kala menggenggam sesuatu saking gugupnya. Entah apa yang dibawa oleh Kala dalam kantong plastik hitam?

Kala berhenti tepat di ujung tempat tidur Sea, lalu menyapanya, "Assalamu'alaikum, Se."

Samudera melirik Sea yang sudah terdiam dan bengong sendiri. Baru kali ini Samudera mendapati sang adik bersikap demikian. Apakah Sea benar-benar menaruh hati pada laki-laki ini? Apakah memang sudah saatnya Samudera harus turun tangan terkait perasaan adiknya pada seseorang yang bernama Kala ini?

Samudera berdeham cukup keras, memberi kode agar Sea menyudahi keterpanaannya. "Dek, kalau ada yang ucap salam, wajib dijawab."

Sea yang tersadar dari keterkejutannya sampai mengucapkan istigfar. "Astagfirullah..."

"Wa'alaikumussalam, Dek. Bukan astagfirullah," ralat Samudera.

Sea mengusap keningnya saking malunya. Habis sudah harga dirinya di depan Kala. Malu... Malu gue...

Kala sengaja diam menunggu jawaban Sea sambil menyunggingkan senyum melihat kelakuan Sea. Betapa lucunya perempuan ini kalau sedang salah tingkah.

Mona sudah menutup wajahnya karena sudah tidak tahan untuk tak tertawa melihat kesalah-tingkahan Sea. Pppfffff... Bibir Mona bergetar menahan laju tawanya. Bisa-bisanya itu anak kayak gitu, ungkap Mona dalam hati.

Samudera kembali mengingatkan Sea yang belum juga membalas salam Kala. "Dek, salamnya buruan dijawab."

Dengan sekuat tenaga Sea menghalau rasa malunya sendiri dan segera menjawab salam Kala, "Wa'alaikumussalam."

Samudera bergerak ke sisi kiri Sea, berdiri sambil mengambilkan adiknya air minum. "Minum dulu."

Sea menerima tawaran minuman dari kakaknya. Didekatkannya sedotan itu ke mulutnya. Kalau boleh jujur tenggorokannya mendadak kering dan gatal saat ini.

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang