Untuk akhir yang bahagia... Dibaca ya semua...
Setelah para orang tua bertemu dan saling mengobrol untuk pertama kalinya. Termasuk orang tua Roy yang ternyata juga hadir di rumah Tante Lisa. Keduanya juga tampak setia menunggui prosesi lamaran anak laki-lakinya. Berdiri tak jauh dari tempat Tante Lisa dan Om Darwin berada.
Para orang tua itu pun tampak bahagia bisa saling kenal sebagai calon besan ke depannya.
Secara pribadi, Mona juga sudah berkenalan dengan orang tua Roy tadi. Mona sangat bahagia bisa bertemu dengan mama papa yang luar biasa dari calon suaminya.
Sementara, Samudera menyambangi Sea dan langsung memeluk sang adik tercintanya itu. Lalu, mengecup keningnya seraya mengucapkan selamat. Jangan ditanya seberapa bahagia Samudera karena Sea sudah menemukan tambatan hatinya. "Dek, Mas ikut bahagia."
"Makasih ya, Mas. Ngomong-ngomong, Mas Samudera kenapa ngeselin banget pakai sok bilang meeting penting apalah itu kemarin di telepon. Sebal."
"Hahaha..." Samudera menjawil hidung Sea dengan gemas. "Maaf, tapi kan kemarin memang lagi ada urusan penting. Urusan lamaran kamu. Hahaha..."
"Huuuh, rese...."
Samudera kemudian memeluk calon adik iparnya. "Tolong langsung disegerakan. Jangan dijeda terlalu lama."
"Insya Allah, Mas."
"Titip adikku."
"Pasti, Mas."
***
Kedua pasangan yang berbahagia itu melipir mengambil jarak dari para orang tua dan keluarga mereka, ketika dirasa mereka butuh privasi sejenak.
"Mbak..." Mona menarik Sea agar mendekat.
Sea terhuyung mendekati Mona setelah ditarik. "Apa, Mon?"
Mona langsung dihujani tatapan enggan dari Kala, karena sepertinya Kala tidak ingin dipisahkan dulu dari Sea. Kala menarik Sea lagi.
"Ah elah, Mas. Pinjam Mbak Sea." Mona kembali menarik Sea ke sisinya.
Sea tampak pasrah ditarik ke sana ke sini sambil tersenyum geli.
"Bentar, Mas. Barter dulu sama Mas Roy, ya," bujuk Mona yang lalu menyodorkan Roy pada Kala.
"Lho kok aku?" Roy menunjuk dirinya lalu protes karena merasa keberatan, "Ogah! Aku maunya sama kamu, bukan dia!" Roy berlagak. Sok pura-pura tak suka pada Kala.
"Hey, anda. Lupa kalau saya ini bos anda?" cecar Kala yang juga sama gesrek-nya.
"Di sini saya calon adik ipar anda, bukan anak buah anda. Ingat itu," balas Roy lebih sengit.
"Salim lo. Kan, katanya gue kakak ipar lo," celetuk Kala tiba-tiba sambil mengulurkan tangan.
Roy juga sama gilanya, disambut saja tangan Kala untuk langsung diciumnya. "Udah, nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Takdir (TAMAT)
RomanceTentang jiwa-jiwa yang memendam, namun berharap terikat dalam satu ikatan takdir. Tentang sebuah tanya atas nama-nama yang tersebut memang sudah tertulis untuk saling berdampingan? Tentang kekuatan hati yang apakah mampu mematri dalam derasnya kead...