Finally, lanjut lagi...
Samudera baru saja kembali dari kantin rumah sakit. Sea enggan makan makanan rumah sakit. Merajuk ingin nasi goreng saja untuk makan malam katanya. Terpaksa Samudera menuruti kemauan adiknya itu untuk mencari tukang nasi goreng.
Ketika sedang menunggu lift, Samudera tiba-tiba disapa oleh seseorang. Rupanya Bara datang menepati niatannya tadi pagi.
"Assalamu'alaikum, Mas," sapa Bara sambil menenteng parsel buah dan seikat bunga.
Mata Samudera cukup tersita dengan hand bouquet kecil berisi bunga mawar biru di tangan Bara. Nampaknya calon kandidat adik iparnya yang satu ini cukup ahli mengeluarkan pesonanya. Perempuan mana yang tidak akan tersanjung dibawakan bunga saat sakit. Namun, seperti Bara lupa kalau Sea adalah anomali dari rombongan perempuan yang tersanjung itu. Dari pada bunga, Sea lebih suka dikasih buku novel. Well, we'll see what happen to the beauty hand bouquet.
"Wa'alaikumsalam. Kamu, Bar."
"Dari mana, Mas?"
"Dari kantin." Samudera mengangkat kantong plastik bening yang di dalamnya memperlihatkan dua dus stereofoam. "Sea minta nasi goreng katanya."
Tak lama pintu lift terbuka. Keduanya masuk. Kecanggungan mulai terjadi karena hanya ada mereka berdua di dalam lift tersebut. Mereka memilih diam sampai pintu lift kemudian terbuka lagi di lantai yang mereka tuju.
"Silahkan, Mas." Bara mempersilahkan Samudera untuk keluar lebih dulu.
Samudera lalu melangkahkan kaki keluar lift dan terus melenggang menuju kamar Sea.
"Kamu tunggu di sini sebentar. Saya masuk dulu. Takutnya Sea sedang tidak menggunakan hijabnya." Samudera menahan Bara di depan pintu kamar.
"Baik, Mas." Bara kemudian memilih duduk di bangku tunggu depan kamar. Diletakkannya parsel buahnya di bangku kosong sebelahnya. Lalu ditatapnya hand bouquet yang digenggamnya sekarang. Senyum Bara kini merekah. Bagaimana tidak, sekarang dirinya sudah semakin dekat dengan Sea. Bahkan kini akses keluarganya pun sudah di dapat. Peluang untuk mendapatkan hati Sea semakin besar.
Sementara itu, di dalam kamar. Begitu Samudera masuk, dilihatnya sang adik sedang asyik melihat ke layar ponselnya.
"Jangan main handphone mulu. Istirahat."
"Aku lagi baca, Mas," jawab Sea manyun.
"Hmm... Pakai hijabmu," suruh Samudera sembari meletakkan nasi goreng yang tadi dibelinya.
"Lah kenapa? Nanti aja ah, Mas. Lagian nggak ada orang lain kan," tolak sea malas-malasan.
"Ada Bara di luar. Tadi barengan datangnya. Dia sedang menunggu untuk masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Takdir (TAMAT)
Storie d'amoreTentang jiwa-jiwa yang memendam, namun berharap terikat dalam satu ikatan takdir. Tentang sebuah tanya atas nama-nama yang tersebut memang sudah tertulis untuk saling berdampingan? Tentang kekuatan hati yang apakah mampu mematri dalam derasnya kead...