Part 57 - Landak Kesepian, Landak Tak Punya Teman

42 3 0
                                    



"Mbak, bangun!" Suara Mona terdengar begitu jelas menyuruhnya untuk bangun, tapi mata Sea sepertinya enggan terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak, bangun!" Suara Mona terdengar begitu jelas menyuruhnya untuk bangun, tapi mata Sea sepertinya enggan terbuka. Ngantuk membelai kelopak matanya sepanjang malam.

"Mbak Sea bangun. Udah subuh." Mona terus mengusik lelap tidur Sea dengan menyenggol lengan Sea hingga terbangun.

Sea akhirnya memaksa untuk buka mata. "Ya Allah, ngantuk banget." Lalu ia menegakkan punggungnya dan duduk. "Jam berapa, Mon?"

"Jam setengah 5, Mbak."

Sea mengedarkan pandangan di ruangan tersebut. Nampak tak ada tanda-tanda kehadiran Kala di sekitarnya.

"Kala mana?" Entah dirinya yang bucin atau merasa sudah mulai wajib saling bertukar kabar ketika satu sama saling hendak bepergian.

"Tadi jam setengah 4 pagi, Mas Kala pamit. Katanya balik ke klinik. Hari ini dia praktek pagi soalnya. Lagian hari ini, dia juga ada beberapa rapat penting. Mau pamit sama lo, nggak tega banguninnya. Jadi dia pamit ke gue aja."

"Oh gitu, ya udah nggak apa-apa." Tatapan mata Sea berubah sedikit sendu

"Nggak marah kan, Mbak?"

Sea menggeleng.

"Pokoknya lo kudu sabar-sabar punya calon pasangan dokter. Kudu siap kalah set sama pasien. Hehehe..."

"Iya, paham kok." Sea lalu tersenyum simpul. Ada sebuah perasaan yang tertahan di situ. Nampaknya Sea merasa kehilangan karena mulai terbiasa akan kehadiran Kala di sisinya.

"Oh iya, Mbak. Lo kalau nginep di rumah gue nanti, mau nggak? Gue masih galau sebenarnya. Yang ada gue nggak konsentrasi urus acara nyokap. Kalau ada lo kan, pikiran gue jadi teralihkan. Terus ada tenaga tambahan untuk bantu-bantu persiapan. Gimana?"

"Emang boleh?" Sea malah bertanya balik.

"Bolehlah. Lo kan anak kesayangan nyokap gue. Ya pasti boleh. Apa lagi lo sekarang kan calonnya Mas Kala."

"Apaan sih. Ya udah, oke. Tapi kita ke kosan dulu ya, ambil baju salin buat gue nginep."

"Oke, setuju."

***

Begitu tiba di kediaman Mona, terlihat empat orang kru EO dari kantor Mona sedang mengurusi dekor di beberapa ruang.

Sea bahkan nyaris menganga ketika memasuki ruang tamu rumah ini yang lebih mirip ruang acara resepsi pernikahan dibanding acara ulang tahun. "Bagus banget, Mon," puji Sea terkesima.

Meski inginnya sederhana, Mona tahu selera sang mama. Harus banyak bunga. Apapun bunganya asalkan nuansanya warna putih. Alhasil ruangan ini tampak luar biasa mewah dengan sentuhan banyak bunga putih. So white... so pure... and so romantic.

Tak menemukan mamanya di ruang tamu, Mona hendak mencari mamanya di kamar tidur. Sementara Sea melipir ke sofa di ruang tamu.

Mona membuka pintu kamar tidur mamanya perlahan. "Ma... Mama... Assalamu'alaikum... Mona datang."

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang