Part 47 - Penguntit Amatiran

40 3 2
                                    

Sambil menunggu giliran untuk mengambil koper dari conveyor bagasi bandara, Kala meminta Sea dan Mona menunggu sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambil menunggu giliran untuk mengambil koper dari conveyor bagasi bandara, Kala meminta Sea dan Mona menunggu sebentar. Kala hendak menghubungi seseorang melalui ponselnya.

"Dimana?... Oke... ya udah, kita ke sana."

Kala lalu mematikan ponselnya dan kembali fokus pada Sea dan Mona.

"Yuk," ajak Kala pada keduanya.

"Emang Mas udah pesan taksi online?" tanya Mona yang baru saja mendapati tasnya dan segera menggembloknya.

"Kita nggak naik taksi online. Ada yang jemput. Yuk, kita ke parkiran bandara."

Kala lalu terdiam menatap Sea yang nampaknya masih belum mendapati kopernya.

"Koper kamu belum muncul, Se?" ucap Kala memastikan.

Sea menggeleng, "Belum, Kal."

Kala berjalan ke hulu conveyor sambil matanya menyisir satu per satu koper yang keluar dari dalam. Saat dijumpai koper milik Sea, Kala langsung mengambilnya. Kala lalu menariknya ke hadapan Sea.

"Ini koper kamu, kan?" ucap Kala menunjukkan koper yang sedang ada dalam genggamannya.

"Iya, itu koper saya. Sini..." Sea mengulurkan tangannya untuk meminta kopernya agar bisa dibawanya sendiri, tapi rupanya Kala malah menarik koper Sea menjauh.

"Biar saya saja yang bawa."

"Nggak usah, Kal," larang Sea.

"Parkiran itu jauh. Biar saya saja."

Sea terhenyak dan agak kaget mendapati Kala berubah sangat-sangat perhatian dan cukup protektif padanya.

"Ya udah sih, Mbak. Biar Mas Kala yang bantu bawa. Lo kan juga belum pulih banget. Nanti kalau capek gimana?"

Seperti menurut dengan omongan Mona, Sea berhenti memaksa untuk meminta kopernya. "Makasih ya, Kal."

Kala hanya melempar senyum. "Yuk."

Mereka bertiga kemudian berjalan ke arah parkiran. Kala tampak celingak-celinguk menceritakan keberadaan penjemput mereka.

Tak lama, suara teriakan seseorang menggema memanggilnya. "Pak Bos! Gue di sini?" Roy berdiri sambil melambaikan tangan ke arah Kala.

Mona adalah orang yang paling hafal dengan suara itu. Mona benar-benar terkesiap mendapati penjemput mereka adalah Roy. Seseorang yang belakangan ini membuat hatinya resah gelisah. Padahal kemarin sebelum berangkat ke Jogjakarta, hati Mona masih aman. Ini kenapa jadi serba salah begini. Terus juga kenapa kakak sepupunya itu justru meminta makhluk itu menjemput mereka? Harus banget dia ya? Ih, lo kenapa sih, Mon?

Kala dan Sea sudah bergerak mendekat. Namun, Mona masih terdiam menata ritme jantungnya yang mendadak kocar kacir. Hingga jarak kian membentang menunggu Mona yang masih mematung.

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang