Rumah Malioboro,
Sesampainya di rumah Samudera. Sea langsung datang memeluk kakak iparnya. Kangen berat.
"Sehat kamu, Dek?" tanya Yunita, istri dari Samudera. Namun, tiba-tiba histeris sendiri, "itu kenapa keningnya? Kok diperban."
"Alhamdulillah babak belur, Mbak Yu. Hehehe..."
"Kenapa toh mas adikmu?" Yunita menanyakan langsung pada suaminya.
"Kosannya kemalingan. Sempat diserang dia sama malingnya," jelas Samudera sambil membuka jaketnya.
"Ya Allah... sakit nggak? Kok bisa."
"Badannya sih nggak terlalu sakit. Cuma itu..." Samudera melempar kode ke arah Yunita.
"Apa toh?" Yunita mendadak bingung.
"Hati adikmu itu galau maksimal." Samudera mengerucutkan mulutnya dan mengarahkanya ke Sea.
Seketika wajah Sea merah padam. Malu. "Hmm... Mas ember!" sentak Sea.
Yunita mengangguk paham lalu tersenyum. "Pantas nggak bilang-bilang dulu mau ke Jogja? Mau healing ya?"
"Melarikan diri, Sayang. Bukan healing," ralat Samudera.
"Wes toh mas. Adikmu lagi galau masih juga diledekin."
Mendapat dukungan, Sea langsung menggandeng lengan kakak iparnya.
"Pindah kubu ceritanya. Baiklah, mas bakal hubungin calon adik ipar mas aja. Mau tak suruh dia ikut kubu mas."
Blush! Wajah Sea makin merah seperti kepiting rebus. Dih! Sejak kapan Kala resmi jadi calon adik iparnya Mas Samudera? gerutu Sea, tapi di sisi lain hatinya mendadak senang entah kenapa.
"Udah ah. Kasihan adikmu itu." Yunita mencubit perut Samudera.
"Se, kamu bersih-bersih dulu gih. Kamu tidur di kamar anak-anak aja. Kebetulan mereka udah ketiduran di kamarku. Masmu biar tidur di sofa nanti."
"Lho kok aku tidur di sofa sih, Sayang. Salah aku apa?" Samudera mulai berkelakar. Baginya menggoda istrinya menyenangkan dan satu lagi, berpahala. Semakin luas senyum istrinya, semakin deras pahala mengalir untuknya.
"Jangan sok drama. Nggak muat kalau kita tidur berempat, Mas. Anak-anakmu udah makin gede. Mana tidurnya lasak semua." Yunita tersenyum kemudian.
"Udah gede ya? Berarti kita bisa bikin anak lagi dong. Biar ada anak kecil lagi, Sayang." Samudera memberi kode keras.
Sea geleng-geleng sendiri melihat ulah bocah tua di depannya itu. Tidak bisa lihat sikon sekali, bermesra-mesraan seperti itu. Sementara ada makhluk galau di antara mereka berdua. Ngenes banget.
"Boleeeeh..." jawab Yunita.
"Asyik." Samudera mencium pipi istrinya.
"Boleh, tapi kamu yang hamil kali ini ya." Samudera melongo mendengar lanjutan kalimat istrinya itu, "emang dikira gampang apa bawa anak di dalam perut sembilan bulan lamanya," omel Yunita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Takdir (TAMAT)
RomanceTentang jiwa-jiwa yang memendam, namun berharap terikat dalam satu ikatan takdir. Tentang sebuah tanya atas nama-nama yang tersebut memang sudah tertulis untuk saling berdampingan? Tentang kekuatan hati yang apakah mampu mematri dalam derasnya kead...