Sea panik tatkala dirinya nyaris jatuh dari tempat tidur. Kalau saja Mona tidak bangun dan langsung menariknya kembali ke tengah tempat tidur, bisa jadi Sea sudah berada di lantai.
Mona yang sebetulnya sedang pulas tidur, dikagetkan dengan teriakan Sea. Ditambah dirinya yang merasa ikut tertarik ke arah kiri dengan sangat cepat. Mona membuka mata dan mendapati Sea hampir terjatuh. Buru-buru ia tarik kembali.
"Lo ngapain sampai mau jatuh begitu sih, Mba?" tanya Mona.
"Mau minum," jawab Sea yang masih syok.
"Kenapa nggak bangunin gue sih? Tuh, kan itu infus lo jadi kecabut begitu." Mona menunjuk ke arah infus Sea. Mona langsung bergegas turun dari tempat tidur.
Sea melihat penampakan infusnya yang sudah terlepas dari punggung tangan kirinya. Dan darah sudah bertetesan di lantai. Nyeri di tangan Sea mulai terasa.
Saat Mona hendak mencari tisu basah di dalam tasnya, Kala dan Samudera masuk ke kamar Sea. Betapa terkejut keduanya melihat banyak tetesan darah di lantai.
Samudera langsung berlari mendekati Sea. Samudera panik sendiri melihat tangan Sea mengeluarkan darah. "Dek, tangan kamu berdarah."
"Iya, infusnya lepas," ujar Sea pelan.
Kala maju menghampiri Sea, "Maaf Mas, boleh saya bantu?"
Samudera memberikan tempat agar Kala bisa membantu adiknya. "Tolong, ya. Saya keluar dulu untuk panggilkan perawat."
Kala bergegas mematikan laju selang infus. Lalu menekan nadi di punggung tangan Sea persis di bekas infus yang tercabut, agar darahnya berhenti mengalir sesaat. Sambil menunggu perawat datang, Kala dengan sigap membersihkan darah yang ada di tangan Sea.
"Kamu ngapain sampai infusnya lepas begini?" tanya Kala khawatir.
"Dia mau minum, tapi nggak mau bangunin gue, Mas," seru Mona menyalip Sea yang baru saja hendak menjawab, "nyaris jatuh. Untung gue berhasil tarik. Cuma ya infusnya jadi copot."
"Kenapa nggak minta bantuan, hmm?" Kala masih sibuk membersihkan tetesan darah di beberapa bagian jari Sea.
Kala tak menatapnya, tapi kenapa Sea merasa wajah serius Kala kini tengah mengawasinya. "Maaf. Saya nggak tega lihat Mona pulas tidurnya."
"Bangunin aja kali, Mbak. Kan, gue di sini buat ngurusin lo. Jangan sungkan, i am a slave for you tonight." Mona menepuk-nepuk dadanya.
Sebuah jitakan di kepala Mona mendarat mulus dari tangan Kala. "Lo juga kalau jaga, jangan tidur mulu."
Mona mengusap-usap kepalanya yang kesakitan, "Mbak, gue dijitak Mas Kala." Mona pura-pura meminta perlindungan pada Sea.
Kala mendengus sebal. "Nggak usah akting."
"Mbak Sea, Mas Kala nakal tuh," lapor Mona dengan memble.
Kala melotot sempurna ke arah Mona.
Sea yang melihat kelakuan Tom and Jerry dua sepupu itu, langsung berupaya menengahi keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Takdir (TAMAT)
RomansaTentang jiwa-jiwa yang memendam, namun berharap terikat dalam satu ikatan takdir. Tentang sebuah tanya atas nama-nama yang tersebut memang sudah tertulis untuk saling berdampingan? Tentang kekuatan hati yang apakah mampu mematri dalam derasnya kead...