Part 22 - Hening

34 3 0
                                    

Holaaaa Halooo... lama hibernasi... Hanbun kembali...

please enjoy


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sea pamit ketika Luki datang. Noni yang khawatir menanyakan sekali lagi dengan apa Sea akan pulang?

Sea menjawab dengan santai, "Taksi online gue udah di bawah."

"Serius?" tanya Noni masih belum percaya.

Sea manggut-manggut. Aslinya Sea bohong. Bahkan ia belum memesan taksi online manapun.

"Hati-hati ya, Se."

"Oke istirahat ya, Bumil. Duluan ya, Mas Luki."

***

Saat keluar dari ruang rawat Noni, barulah Sea ketar-ketir sendiri. Diliriknya jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 10 malam. Dirinya bergidik ngeri, takut jika malam-malam begini pulang sendirian. Sea mulai sibuk mengutak-atik aplikasi taksi online di ponselnya. Sayangnya berkali-kali dicoba, permintaannya selalu ditolak.

"Mati gue, mana nggak ada tukang taksi online yang mau ambil order-an gue. Gue pulangnya gimana ini?" Sea yang sadar masih berdiri di depan pintu ruangan Noni, langsung membekap mulutnya sendiri. Takut Noni dan Luki mendengarnya, Sea segera berlari menjauh dan mencari tempat yang lebih aman untuk mencoba memesan taksi online kembali. Tapi tetap saja hasilnya nihil.

"Ini taksi online lagi kenapa sih nolak gue semua?" Sea nyaris menangis layaknya bocah.

Tapi tiba-tiba terdengar satu suara memanggilnya, "Sea?"

***

Seseorang keluar dari satu ruangan bersama asisten rumah tangganya, Bi Asih. "Nggak ada yang ketinggalan kan, Bi?"

Perempuan paruh baya itu menggeleng sambil menutup pintu dibelakangnya.

"Bibi mau ke toilet dulu nggak? Soalnya takutnya masih macet. Tadi saya dapat kabar ada truk terguling di dekat sini, Bi. Jadi jalanannya macet banget."

"Mau, Den. Bibi ke toilet dulu ya sebentar."

"Saya nungguin Bi Asih di ruang tunggu depan lift ya."

"Iya, Den." Bi Asih tergopoh-gopoh berlari ke toilet sambil meremat pinggiran roknya.

Orang itu lalu berjalan sambil mengecek ponselnya. Tapi tak sengaja mendengar suara seseorang mengeluh, "Ini taksi online lagi kenapa sih nolak gue semua?"

Suara itu seperti dikenalnya. Dia mengalihkan pandangannya ke asal suara. Betapa terkejutnya dirinya mendapati Sea sedang duduk di balik sofa ruang tunggu sedang meremas ponselnya dengan kesal karena sesuatu. Segera dipanggilnya nama perempuan itu, "Sea?"

Kita dan Takdir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang