01. Sagara

7.4K 453 8
                                    


.
.
.
.
.
Pemuda dengan sneli juga stetoskop di lehernya itu hanya bisa menghela nafas panjang, dia baru saja bisa beristirahat setelah hampir dua hari tinggal di rumah sakit.

"Dokter Saga, udah mau pulang?" Saga mengangguk sambil membereskan sneli juga barang nya.

"Dokter, minggu ini terakhir dokter jaga disini ya?" Saga kembali mengangguk, terlalu malas buat nanggepi pertanyaan dokter perempuan yang jadi rekannya waktu intership.

"Iya, habis ini saya mau say goodbye sama surabaya." Ucapan Saga sebenarnya hanya candaan supaya tidak lagi ditanya, namun ternyata hal itu akan jadi kenyataan kedepannya.

"Kalau gitu saya pamit dokter Elin." Saga mengulas senyum, untuk terakhir kali nya.

Tingkah Saga memang sedikit dingin dan cuek pada orang-orang yang dirasanya mengganggu, salah satunya dokter perempuan yang sudah setahun ini ngedeketin dia.

"Ada ya cewek kayak gitu?" Saga bergidik saat memasuki mobilnya.

Saga menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, bagaimana pun dia ingin cepat sampai di rumah dan tidur, keselamatannya tetap harus yang utama. Kan aneh kalau orang tau, dia nyelakain dirinya sendiri dengan berkendara saat ngantuk.

"Mami masak apa ya?" Saga bergumam lirih, membayangkan makan masakan ibunya.

"Duh, dimarahin lagi nih sama mami gara-gara semalem lupa kasih kabar."
.
.
.
.
.
Sagara Raditya Banyu

Namanya punya arti anak laki-laki yang dilimpahi berkat air samudra dan tingginya matahari. Agni, sang mami bilang kalau nama itu pemberian dari eyang kakung nya.

Saga sendiri tumbuh jadi anak yang baik dan pintar, bahkan menjadi lulusan terbaik saat kuliah. Saga yang dulu kecil selalu pergi ke rumah eyang Juna seminggu sekali, sudah tumbuh dewasa dan menjadi dokter.

Saga tipe yang anti ribet sama orang, tapi suka ngomel. Apa lagi kalau lihat rumah atau tempat tinggalnya berantakan, bisa ngomel seharian dia. Maklum dokter di tuntut harus rapi dan bersih saat berhadapan dengan pasien.

Dua puluh lima tahun hidupnya, dia belum pernah bertemu dengan anak dari adik-adik maminya yang lain, pengecualian buat Wildhan. Karena sepupunya yang mirip kelinci uget-uget itu, sering banget kain ke rumah nya.

Saga pernah berangan gimana jadinya kalau suatu saat mereka semua ketemu, apa mereka bakal se asik Wildhan kalau diajak gibah? Atau bakal ngebosenin?

Saga gak pernah tau apa yang terjadi di keluarga mami nya, karena setiap dia tanya mami nya pasti keliatan sedih. Dan Saga paling gak suka liat mami, papi atau keluarga yang dia sayang sedih.
.
.
.
.
.
"Saga udah pulang?" Saga mengulas senyum waktu ngeliat mami nya menyambut kepulangan dia dari rumah sakit.

"Sore mi, mami masak apa?" Agni tersenyum lembut, sedewasa apapun putra tunggalnya, bagi Agni, Saga tetap anak kecil.

"Mami masak soto, sana kamu mandi dulu, bau banget ya allah." Saga langsung mendengus kesal, mami nya selalu saja seperti itu.

"Namanya juga baru pulang mi, kan aneh kalau Saga baunya wangi." Agni melirik putranya sanksi.

"Ya kan bisa mandi di rumah sakit, kenapa sih gak pernah mau mandi dulu kalau pulang?!" Saga menggeleng.

"Males mi, mending mandi di rumah lebih enak. Lagi pula hari ini terakhir Saga jaga, udah dapet gelar nih Saga mi." Agi hanya menggeleng pelan.

"Iya iya, anak mami udah resmi jadi dokter, sana mandi. Habis makan malam nanti mami sama papi mau ngomong sama kamu." Saga hanya mengangguk.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang