22. Susun jadwal

2.1K 299 17
                                    


.
.
.
.
.
Harsa terdiam saat memasuki kamar Candra, pemuda itu melihat Wildhan tidur disana, berdua dengan Candra. Harsa yang semula ingin membangunkan Candra, justru memilih kembali ke kamarnya sendiri. Harsa masih ingat jelas ucapan Wildhan dua hari lalu, tidak ada masalah sebenarnya, hanya saja Harsa tidak ingin Wildhan semakin merasa kesal padanya.

"Mas Candra udah bangun mas?" Harsa menggeleng.

"Bisa tolong kamu aja yang bangunin Candra Jev?" Jevan mengernyit, tapi kemudian mengangguk saat ingat jika Wildhan tidur bersama Candra. Jevan segera pergi ke kamar Candra karena semalam kakak sepupunya itu ingin sholat subuh dengan Harsa.

"Mas Candra, mas Wildhan bangun, udah subuh!!" Candra langsung tersentak bangun saat Jevan mengguncang tempat tidur nya, begitu juga Wildhan.

"Aduh Jevan berisik!" Jevan melotot mendengar gerutuan Wildhan.

"Udah subuh mas, bangun! Keburu waktu nya habis." Wildhan hanya mengangguk kecil, sedangkan Candra sudah duduk tapi dengan mata terpejam.

"Ya udah sih kalau gak mau bangun, yang pasti aku udah ngelakuin apa yang mas Harsa suruh." Mendengar nama Harsa, Wildhan dan Candra spontan membuka mata mereka lebar.

"Kenapa bukan mas Harsa yang bangunin?" Jevan mengedikan bahunya lalu berlalu pergi.

"Udah ya mas-mas ku aku mau sholat dulu sama mas Harsa." Candra buru-buru bangun dan nahan Jevan.

"Bilangin mas Harsa suruh tunggu, kita juga mau sholat bareng." Jevan hanya mengangguk.

"Iya, udah sana mandi mas!" Setelah mengatakan itu Jevan berlalu meninggalkan kamar Candra dan kembali ke kamar Harsa. Bisa Jevan lihat jika sepupu nya itu sudah siap untuk sholat.

"Mas Candra minta di tunggu mas." Harsa hanya mengangguk. 

"Mas marah sama mas Wildhan ya?" Harsa menggeleng.

"Gak marah, memang kenapa aku harus marah?" Jevan duduk di sebelah Harsa.

"Mungkin karena mas Wildhan marah-marah ke mas kemarin." Harsa tertawa kecil dan kembali menggeleng.

"Aku gak marah."

"Terus kenapa mas Harsa gak mau bangunin mas Candra tadi?" Jevan mengernyit saat mendengar tawa kecil dari Harsa.

"Aku cuma gak mau Wildhan makin kesel sama aku." Jevan tidak lagi bertanya saat mendengar jawaban Harsa.

"Mas Wildhan juga ikut sholat bareng." Harsa mengangguk.

"Mas Harsa, jangan minta Jevan bangunin aku lagi mas." Candra yang baru masuk ke kamar Harsa langsung mengadu.

"Kenapa?"

"Jevan bikin kasurku gempa karena dia goncang mas." Harsa tersenyum dan mengangguk.

"Udah ayo sholat sebelum subuhnya habis." Harsa melihat jam dinding di kamarnya, sudah hampir pukul lima.

Harsa masih melakukan tugas nya sebagai imam untuk sholat subuh mereka, namun selesai itu Harsa langsung mengambil al-quran, seperti tidak ingin memberi kesempatan pada ketiga adiknya untuk mengajaknya berbicara.

Jevan dan Candra hanya bisa menatap sendu pada Wildhan yang masih di rundung rasa bersalah, bahkan mereka menyadari jika sedari awal Harsa selalu mencoba mengalihkan tatapannya dari Wildhan.

"Ayo tunggu di luar aja." Wildhan hanya mengangguk dan menurut saat Candra menarik tangannya untuk keluar dari kamar Harsa, begitu juga Jevan.

"Mas Harsa marah sama aku ya?" Candra hanya bisa menepuk punggung Wildhan.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang