12. Kebun buah

2.5K 354 12
                                    


.
.
.
.
.
Harsa cuma bisa memperhatikan keluarga sang bunda yang tengah sibuk mengobrol, bukan Harsa tidak di ajak mengobrol, hanya saja Harsa tidak paham apa yang mereka bahas.

Juna benar-benar mewujudkan ucapannya pagi tadi untuk membawa semua cucu nya jalan-jalan, mengelilingi malang dengan sebuah mini bis. Harsa yang memang tidak pernah ke malang pun hanya bisa menatap sekeliling nya.

"Mas Harsa." Harsa yang sedari tadi hanya diam langsung menoleh, mencoba mengingat siapa yang tengah memanggilnya saat ini.

"Hehe...aku Wildhan mas. Mau ikut beli minum di bawah gak?" Harsa mengerjap pelan, menatap ke arah yang lain sebelum akhirnya menggeleng.

"Gak usah, aku disini aja." Wildhan langsung cemberut mendengar penolakan Harsa.

"Yah mas, ayo ikutan dong. Di traktir mas Saga nih." Wildhan akhirnya menggunakan nama Saga supaya Harsa mau ikut, namun tetap saja Harsa menolak.

"Kalian aja, aku tunggu disini." Wildhan akhirnya mengangguk dan berjalan mendekati sepupu nya yang lain.

"Kenapa gak ikut? Harus nya kamu ikut saja." Harsa menatap pada Tara yang baru saja mendekatinya.

"Harsa, nanti malem om sama tante mau ngobrol sama kamu, bisa ya?" Harsa mengangguk kecil, hal itu membuat Tara mengacak rambut Harsa.

"Harsa, boleh om tau kamu kemarin dateng ke rumah eyang naik apa? Dianter bapak?" Harsa menggeleng.

"Jalan." Tara menatap Harsa tidak percaya saat mendengar jawaban pemuda itu.

"Maksud om dari pare ke malang nya nak." Harsa kembali mengangguk.

"Iya om jalan, pare ke batu gak jauh, dan cuma ada satu jalan aja." Tara tidak tau harus merespon seperti apa. Dia tau jarak pare dan batu hanya dua jam jika menggunakan motor, itu pun kalau tidak ngebut. Tapi jika jalan kaki, bisa Tara bayangkan betapa jauhnya itu.

"Kenapa gak naik bis atau taxi nak?" Harsa mengulas senyum tipis.

"Bapak minta Harsa jalan ke malang, jadi Harsa harus nurut." Tara benar-benar di buat geram oleh jawaban Harsa. Bukan pada Harsa tapi pada Hendra, bagaimana mungkin seorang ayah meminta anaknya berjalan jauh seperti itu.

"Harusnya kamu gak perlu nurut kalau gitu Sa, itu namanya bapak kamu mau nyiksa kamu?!" Harsa cukup terkejut mendengar sentakan Tara. Hal itu juga membuat Juna dan yang lain menatap mereka.

"Ada apa Tara?" Tara menggeleng, dia tidak ingin merusak hari bahagia Juna dan cucu-cucu nya.

"Gak papa yah, nanti di rumah aja Tara jelasin semuanya." Harsa hanya bisa menunduk, dia tau jika Tara marah padanya.

"Jangan di ulangi lagi, kalau bapak kamu nyuruh kamu gitu lagi jangan mau, ngerti Harsa?" Harsa mengangguk kecil.

"Bagus deh, habis ini eyang mau ngajak kalian semua ke kebun punya eyang. Gak jauh dari rumah kok."
.
.
.
.
.
Juna benar-benar mengajak semua cucu nya pergi ke kebun buah yang ada di belakang rumah nya, jarak antara kebun dan rumah tidak jauh, hanya di batasi oleh tembok beton dan pagar besi untuk masuk ke kebun.

Diantara semua cucu nya mungkin hanya Jevan yang tidak asing dengan kebun buah itu, karena selalu menjadi tujuannya setiap menghabiskan liburannya di malang.

Sama sekali tidak ada pekerja, karena hari minggu semua di liburkan oleh Juna. Disaat yang lain sudah sibuk menjelajahi pohon demi pohon buah-buahan yang ada disana, Harsa justru memilih duduk di bawah pohon mangga.

"Mas Harsa, mau semangka gak?" Harsa bisa melihat Jevan menghampirinya sambil membawa semangka yang cukup besar.

"Ada tanaman semangka juga?" Jevan mengangguk

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang