57. Hari ke-29: Kue

1.5K 252 13
                                    


.
.
.
.
.
Harsa benar-benar menempeli Saga sejak semalam, pemuda itu memang sudah keluar dari kamarnya tapi tetap tidak mau menjauh sedikit pun dari Saga.

"Sa, mau telur mata sapi?" Harsa mengangguk, mereka baru akan sahur dan para ibu hanya bisa pasrah saat Harsa hanya mau berbicara pada Saga.

"Sa, nanti aku mau bantuin mami sama tante buat kue, kamu mau ikutan juga?" Harsa terlihat bimbang sebelum akhirnya menggeleng.

"Aku mau ke kebun aja nanti sama Yoga." Yoga yang namanya di sebut hanya bisa tersenyum.

"Ya udah, nanti mas ikut ke kebun sama aku sama eyang." Jawaban Yoga jelas membuat Harsa lega, karena dia tidak harus menghabiskan waktunya dengan bude juga tante nya.

"Harsa, nanti om mau ngomong sama kamu bisa ya?" Harsa menatap Tara dan mengangguk.

"Bisa om." Tara tersenyum, meskipun Harsa terlihat seperti tengah kembali membangun tembok dengan mereka semua, tapi keponakan kecilnya itu masih Harsa yang sama. Harsa yang akan peduli pada sepupu-sepupunya, Harsa yang menurut pada mereka.

"Ya udah sekarang habisin sahurnya." Harsa menurut dan mulai kembali memakan nasi dan telur nya.

"Mas Harsa, mas suka kue apa?" Harsa menatap bingung pada Wildhan dan Candra yang baru saja bertanya secara bersamaan.

"Kue?" Keduanya mengangguk, tidak tau saja jika yang lain juga menunggu jawaban Harsa.

"Gak tau, aku gak pernah makan kue." Jawaban polos Harsa jelas membuat yang lain terdiam.

"Kalau gitu besok aku buatin yang spesial buat mas Harsa."
.
.
.
.
.
Harsa meremas tangannya saat duduk di ruang kunjungan penjara, sesuai ucapan eyang Juna bahwa hari ini Saga dan Yoga akan mengantar nya bertemu Hendra.

Saga dan Yoga sengaja berjaga di dekat pintu, mencoba memberikan waktu pada Harsa untuk berbicara dengan Hendra.

"Ngapain kamu kesini?!" Harsa yang semula ingin menyapa Hendra langsung kembali terdiam mendengar sentakan ayah nya itu.

"Harsa kangen sama bapak, bapak sehat?" Hendra bukan nya bersyukur justru berdecih dan menatap Harsa tajam.

"Kamu pikir gara-gara siapa saya bisa disini? Semua itu gara-gara kamu, jadi gak usah sok peduli!" Harsa menunduk saat Hendra mengatakan itu.

"Maafin Harsa pak, Harsa belum bisa jadi anak yang baik buat bapak, belum bisa bikin bapak bangga, sekali lagi maafin Harsa pak."

"Kamu memang gak akan pernah bisa banggain saya, gak kayak Kania. Kamu itu kalau bisa saya bunuh udah saya bunuh dari dulu, tapi sayang kalau kamu mati Kania gak dapat apa-apa." Siapa pun pasti akan sakit hati saat mendengar ucapan dari sosok ayah di hidupnya, begitu juga Harsa. Niat nya dia ingin meminta maaf sebelum lebaran pada sang ayah, namun lagi-lagi harapan nya di patahkan begitu saja.

"Ck, Harsa ayo pulang!" Harsa hanya diam saat Saga menarik tangannya pelan.

"Harusnya om berterima kasih ke mas Harsa, kalau bukan karena mas Harsa yang minta, om pasti udah di hukum lebih berat dari ini!"
.
.
.
.
.
Harsa tidak mengatakan apapun setelah pulang dari penjara, pemuda itu hanya bersandar pada pundak Saga sambil menutup mata.

"Mas Harsa." Harsa membuka matanya saat mendengar panggilan lembut Yudhis.

"Hm?" Yudhis tersenyum melihat respon Harsa.

"Mas, lihat deh mama, bude Agni, tante Esha, tante Sari sama tante Kalya buatin mas Harsa nastar, nanti cobain ya mas." Harsa hanya mengangguk sebelum kembali memejamkan matanya.

"Mas Harsa kenapa?" Saga langsung memberi kode pada Yudhis untuk tidak bertanya.

"Udah sana balik bantuin yang lain bikin kue Yud." Yudhis mengangguk paham.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang