.
.
.
.
.
Semua orang harus rela jika Harsa kembali menempel pada Saga, karena sekarang mereka tau kalau baru Saga yang berhasil bikin Harsa percaya.Wildhan gak lagi protes soal itu, karena dia tau kalau Harsa udah nempel pasti memang lagi bener-bener butuh teman yang bisa di percaya.
"Kenapa kalian belum tidur?" Wildhan, Candra, Jevan sama Maven serempak menggeleng.
"Gak bisa tidur mas, kepikiran mas Harsa." Saga menghela nafas.
"Harsa aja udah tidur, sana kalian tidur udah jam dua belas lebih. Awas kalau nanti sahur susah di bangunin ya." Keempatnya merengut kesal.
"Iya iya kita tidur mas, bawel bener deh." Saga rasanya ingin menukar Maven dengan kelinci saja.
"Cepetan sana!" Saga melihat keempat adiknya bergegas masuk ke kamar masing-masing.
Saga menghela nafas panjang, sebuah senyum tipis terlukis di wajah nya.
"Aku gak nyangka kalau tahun ini aku bakal ketemu kalian semua." Saga bergumam pelan. Mengingat jika dulu dia hanya mengenal Wildhan.
Saga berbalik setelah memastikan pintu depan terkunci, cowok aries itu memilih kembali masuk ke kamar Harsa di banding kembali ke kamarnya sendiri.
Cklek
"Saga." Saga mengerjap saat menemukan Harsa terbangun dan sudah duduk di atas kasur.
"Hem? Kenapa bangun sih? Masih jam dua belas lewat ini, tidur lagi gih." Saga menggeleng saat melihat mata mengantuk Harsa.
"Mau sholat malam." Saga mengangguk.
"Sholat di kamar aja, aku ikut. Sana cepet ambil wudhu." Harsa mengangguk dan segera beranjak dari kasurnya. Bahkan cowok scorpio itu masuk ke kamar mandi dengan mata setengah tertutup.
Gak butuh waktu lama buat Harsa sama Saga menjalankan sholat malam, Harsa langsung menoleh ke arah Saga setelah selesai berdoa, hal itu membuat Saga kebingungan.
"Kenapa Sa?" Saga mengernyit saat melihat senyum manis Harsa.
"Mas Saga, selamat ulang tahun." Saga mengerjap, tidak percaya jika Harsa lah yang akan mengucapkan hal itu pertama kalinya.
"Kamu tau?" Harsa mengangguk.
"Aku tau, Yoga kasih tau aku semua tentang kalian." Saga ikut tersenyum saat melihat senyum Harsa.
"Makasih Sa." Tak lama setelah Saga mengucapkan itu senyum Harsa luntur, dan Saga tidak rela akan hal itu.
"Mas Saga, tapi maaf aku gak punya hadiah buat kamu. Hadiah nya nyusul boleh? Nanti aku cari kerja dulu." Saga menghela nafas dan menggeleng.
"Aku gak mau nunggu." Ekspresi berharap Harsa langsung berubah sendu dan itu berhasil membuat Saga hampir tertawa.
"Tapi aku gak punya uang buat beliin mas Saga hadiah." Saga memasang ekspresi berpikir yang sebenarnya hanya akal-akalan cowok aries itu aja.
"Kalau gitu gini aja, aku mau minta sesuatu ke kamu dan kamu harus janji buat kabulin itu." Tanpa berpikir dua kali Harsa langsung mengangguk.
"Apa mas?"
"Janji dulu." Harsa kembali mengangguk.
"Iya aku janji." Saga tersenyum.
"Harsa, sebagai hadiah ulang tahun ku, aku mau minta kamu buat jadi diri kamu sendiri. Seperti Harsa yang tegas saat di sekolah dulu, Harsa yang gak segan ngucapin ucapan ketus ke Kania, Harsa yang berani ngelempar bantal ke Maven kemarin, Harsa berani ngelawan Saji waktu itu, dan terakhir Harsa yang manja ke aku kayak kemarin. Intinya aku mau kamu ngelepas semua emosi yang gak bisa kamu lepas di rumah bapak kamu, bisa?" Harsa justru terlihat berfikir sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...