62. Tamu jauh

1.4K 238 47
                                    


.
.
.
.
.
Maven terlihat kesal setelah mematikan panggilan nya, padahal hari masih pagi. Udara malang juga masih dingin karena hujan yang belum juga berhenti, tapi Maven udah duduk di teras samping.

"Maven, ngapain di luar?" Maven terlonjak kaget dan segera menoleh, pemuda tinggi itu menemukan Harsa tengah berdiri di ambang pintu sambil meremas tangannya.

"Gak ngapa-ngapain mas, habis angkat telpon tadi." Jawaban Maven membuat Harsa melambaikan tangannya pada sang adik.

"Kalau gitu ayo masuk, masih hujan, jangan duduk di situ." Maven menggeleng.

"Gak papa mas, enak duduk disini, sejuk." Harsa merengut saat Maven menjawab seperti itu.

"Ya udah kalau gitu aku juga duduk disini." Maven langsung mendelik tidak suka saat Harsa ikut duduk di sebelahnya, padahal bisa Maven lihat kalau kakak sepupunya itu sudah kedinginan.

"Mas ya Allah, masuk aja, dingin ini." Harsa justru menggeleng.

"Gak mau, kamu aja gak masuk kok." Maven menghela nafas panjang.

"Iya iya ayo masuk, ayo balik ke kamar mas." Harsa menurut saat Maven menarik tangannya pelan untuk masuk kedalam rumah.

"Maven, temenin tidur." Maven mengangguk, pemuda tinggi itu jelas tau jika Harsa tengah tidak enak badan. Karna dilihat bagaimana pun wajah manis Harsa terlihat sedikit pucat.

"Iya, ayo mas. Dingin kan?" Harsa mengangguk pelan.

"Dingin, gak bisa tidur dari semalem." Maven terkejut mendengar ucapan Harsa.

"Kok gak ke kamar ku atau yang lain mas kalau gak bisa tidur?" Harsa menggeleng dan mendekap lengan Maven saat keduanya sudah ada di kasur Harsa.

"Yudhis sibuk sama laporan nya, Yoga juga sibuk ngecek laporan kebun, mas Saga udah tidur, takut ganggu, kamu juga." Harsa bergumam pelan, tapi masih mampu di dengar oleh Maven.

"Kenapa gak ke kamar yang lain?" Harsa kembali menggeleng.

"Mereka tidurnya kayak titan, nanti aku ketindih malahan." Maven tertawa pelan saat mendengar itu.

"Ya udah ayo tidur mas, aku temenin. Nanti kalau sarapan aku bangunin." Haraa menggeleng.

"Gak mau ikut sarapan, perut ku gak enak." Maven terlihat khawatir setelah Harsa mengatakan itu.

"Mau dipanggilin mas Saga mas?" Harsa kembali menggeleng.

"Gak usah, kamu disini aja jangan kemana-mana."
.
.
.
.
.
Maven benar-benar tidak pergi kemana pun karena permintaan Harsa, bahkan pemuda tinggi itu lupa akan telpon yang sempat membuatnya kesal tadi.

Saga sudah bangun dan sempat masuk ke kamar Harsa, tapi saat melihat ada Maven yang menemani Harsa, sang tertua itu memutuskan memasak. Saga hanya tidak tau jika Harsa sedang tidak enak badan.

Maven beberapa kali melihat kernyitan di wajah Harsa, juga helaan nafas berat yang di keluarkan sepupunya itu. Maven jelas tidak mungkin meninggalkan Harsa untuk memanggil Saga, karena tangannya sedang di dekap erat oleh Harsa.

Maven terpaksa harus mengambil ponselnya dan menghubungi Saga jika seperti ini.

Cklek

"Ven, kenapa? Mau ke kamar mandi lo?" Maven menghela nafas lega saat melihat Yudhis masuk ke kamar Harsa.

"Yud, panggilin mas Saga dong, buruan!" Yudhis mengernyit saat melihat wajah panik Maven.

"Kenapa sih?" Maven hanya melirik ke arah Harsa yang tertidur, dan Yudhis jelas langsung beranjak keluar memanggil Saga.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang