.
.
.
.
.
Harsa baru aja keluar dari kamar nya waktu Candra, Maven sama Jevan ngehadang dia, tiga adik sepupunya itu merengut kesal."Ada apa? Aku buat salah?" Ketiganya spontan menggeleng. Mereka jelas gak mungkin bilang mereka kesel karena gak di kasih tau soal ulang tahun Yudhis.
"Mas, ayo ikut kita keluar sebentar." Harsa mengernyit bingung.
"Kemana?" Tapi bukannya mendapat jawaban, Harsa justru udah di tarik Maven untuk keluar dari rumah.
"Eh mau kemana?" Harsa jelas panik, dia sama sekali belum pamit sama eyang.
"Kita udah pamit sama eyang mas, jadi mas Harsa tenang aja. Mas harus temenin kita cari kado buat Yudhis, kok bisa kita gak di kasih tau kalau Yudhis ulang tahun." Harsa cuma bisa mengerjap.
"Aku aja tau semalem waktu Yoga minta aku bikinin kue, aku kira kalian udah tau." Jevan menggeleng.
"Belum tau, baru di kasih tau mas Yoga tadi. Ngeselin emang mas Yoga." Harsa mengepuk pundak Jevan pelan.
"Jangan ngomel nanti pahala puasa kamu berkurang." Jevan langsung diam dan fokus sama jalanan di depannya. Karena memang Jevan yang nyetirin mereka sekarang.
"Jev, kamu tau toko alat musik toh?" Jevan mengangguk.
"Tau mas, mau kesana?" Candra mengangguk.
"Iyo, aku denger Yudhis suka musik. Beliin gitar ae gimana?" Jevan dan Maven mengangguk setuju. Sedangkan Harsa lagi-lagi di buat insecure karena mungkin cuma dia yang gak kasih Yudhis kado nanti.
"Tapi aku gak tau gitar, kalian tau Ven? Jev?" Keduanya serempak menggeleng.
"Aku bisa nyanyi tapi gak bisa main alat musik mas."
"Aku apa lagi, kerjaan ku aja cuma balapan." Maven dan Candra tiba-tiba menoleh ke arah Harsa yang sejak tadi diam.
"Mas Harsa bisa main gitar?" Tanpa di duga Harsa mengangguk kecil.
"Bisa." Senyum lega langsung terlukis di wajah ketiganya.
"Kalau gitu nanti bantu pilihin gitar yang bagus ya mas." Lagi-lagi Harsa mengangguk.
"Untung ada mas Harsa!"
.
.
.
.
.
Yudhis natap aneh ke arah Candra, Maven dan Harsa yang baru aja masuk dari pintu depan. Mereka bertiga memang sengaja masuk dari sana biar Yudhis gak fokus liat pintu samping, soalnya Jevan lagi cari cara buat bawa masuk gitar yang mereka beli ke kamar nya."Kalian darimana?" Harsa cuma senyum.
"Beli keperluan Kui sama anak-anak nya. Mau bikin tampat tidur di kamar mas Harsa, soalnya Kui sering ngumpet disana." Yudhis mengangguk tanpa curiga.
"Mas Harsa, nanti buka mau sama apa?" Harsa menggeleng.
"Apa aja kalau aku, coba tanyain yang lain." Yudhis menghela nafas panjang.
"Kata eyang nanti gak usah masak, eyang mau beliin di luar sekalian katanya." Wildhan yang baru saja gabung dengan mereka sudah bergelayut manja pada Harsa.
"Eyang keluar?" Wildhan dan Yudhis mengangguk.
"Iya, sama Yoga. Barusan aja, sebelum kalian pulang." Harsa mengangguk kecil dan mencoba melepaskan rangkulan Wildhan di lengannya.
"Ih mas Harsa mau kemana sih? Sini aja kenapa!" Harsa menatap lekat pada Wildhan.
"Mau sholat ashar Wil, aku belum sholat." Mendengar ucapan Harsa, Candra dan Maven langsung buru-buru pergi ke kamarnya.
"Mereka kenapa?" Wildhan dan Yudhis mengedikan bahunya.
"Kebelet kali mas."
"Kalian udah sholat?" Gelengan yang Harsa dapat langsung membuat tatapan pemuda itu berubah tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...