.
.
.
.
.
Yudhis udah tau kenapa Yoga, Saga, Maven, Candra sama Jevan kelihatan gak suka sama Saji. Semalem Yoga udah ceritain semua yang di bilang Saga ke Yudhis, dan Yudhis juga gak terima kalau Harsa di perlakuin kayak gitu sama Saji.Pagi ini, Yudhis yang punya jadwal masak, sama Saga. Sedangkan Wildhan masih asik sama bantal juga guling.
"Mas Saga hari ini kerja?" Saga menggeleng, ini sabtu dan klinik tutup, jadi Saga bisa santai di rumah sambil ngawasin Saji.
"Libur, kenapa Yud?" Yudhis menggeleng.
"Gak papa mas, rasanya kalau mas ada di rumah itu, rumah jadi adem. Anak-anak keong itu gak akan rusuh." Saga tertawa kecil, dia sudah mendengar banyak laporan dari Yudhis juga Yoga kalau adik-adiknya pasti rusuh.
"Hari ini Yoga sama Harsa ada jadwal ke kebun kan?" Yudhis mengangguk, karena dia sangat hafal dengan jadwal Yoga yang sudah di susun sama sepupu nya itu.
"Iya mas, paling nanti aku juga ikut. Kalau inget cerita Yoga semalem, agak was-was kalau biarin Saji deketin mas Harsa." Saga mengangguk.
"Kalau bukan karena Harsa yang minta, aku udah pastiin Saji gak akan balik ke rumah ini hari ini. Tapi ini Harsa yang minta, gak tega mau nolak." Yudhis tertawa pelan, dia jadi ingat tatapan Harsa yang kelihatan polos kalau lagi minta sesuatu.
Mereka memang baru sebulan mengenal Harsa, tapi bagaimana pun hubungan darah di antara mereka udah jadi pengikat. Dan Harsa juga gak pernah aneh-aneh selama ini, Harsa perhatian sama yang lain, meskipun kadang suka lupa buat merhatiin dirinya sendiri.
"Dulu aku sempet takut kalau mas Harsa akan selamanya ketutup sama kita mas, tapi ternyata gak. Mas Harsa bisa kebuka sama kita sekarang meskipun belum sepenuhnya." Saga tertawa pelan, ucapan Yudhis sepenuhnya benar.
"Harsa itu gak kayak kita, kalau mau dia terbuka kita harus sabar dan gak bisa maksa. Karena semakin dia di paksa justru semakin tertutup dan jaga jarak." Yudhis mengangguk.
Obrolan mereka berjalan bahkan hingga masakan mereka selesai, kali ini Saga memutuskan memasak semur daging untuk sahur.
"Mas, makanan kesukaan mas Harsa apa sih?" Saga menggeleng pelan.
"Aku juga gak tau, Harsa terlalu nerima buat bilang apa yang dia suka." Yudhis merengut, padahal dia juga pingin masakin masakan favorite Harsa.
"Udah ayo bangunin yang lain, kamu tolong bangunin Harsa Yud, tumben banget belum bangun anak itu." Yudhis mengangguk dan bergegas pergi ke kamar Harsa.
"Harsa memang terbuka, tapi dia masih misterius untuk kita baca Yud."
.
.
.
.
.
Harsa gak nyangka kalau pagi ini dia udah di tarik sama Maven buat belajar naik motor lagi, padahal mereka baru aja selesai sholat subuh dan Harsa juga baru aja ganti baju.Jadi mau gak mau Harsa harus ikut Maven, apa lagi Maven ngingetin dia soal janji nya belajar motor kapan hari.
"Mas, agak kenceng dong!" Harsa langsung menghentikan motornya saat Maven mengatakan itu.
"Diem deh, jangan sampai aku males belajar lagi!" Maven tertawa pelan saat mendengar seruan Harsa.
"Gak boleh ngambek mas, lagi puasa." Harsa mendengus kesal, memang cuma Maven yang bisa membuat Harsa kesal.
"Udahan belajarnya ya?" Maven yang melihat perubahan ekspresi Harsa akhirnya mengangguk.
"Capek mas?" Harsa mengangguk.
"Pegel, lagian motor kok gede banget." Maven kembali tertawa kecil.
"Tapi mas Harsa udah bisa itu, tinggal ngelancarin lagi aja." Maven menggantikan Harsa untuk menuntun motor nya ke pinggir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...