.
.
.
.
.
Harsa lagi-lagi merengut saat Saga masih melarang nya puasa, padahal cowok mungil itu udah pingin puasa. Di tambah ada nya eyang Juna juga orang tua Saga yang jelas mendukung keinginan Saga itu."Ngeselin ngeselin." Saga tersenyum saat mendengar Harsa menggerutu, padahal mereka sudah duduk manis di meja makan.
"Kenapa toh Sa?" Harsa merengut.
"Saga ngeselin, Harsa gak di bolehin puasa bude." Agni yang memang sedang menyiapkan makanan jelas tertawa kecil.
"Ya emang belum boleh, nanti kalau obatnya habis baru boleh puasa." Harsa semakin merengut.
"Tapi puasa kurang sebentar lagi bude, masa Harsa gak puasa-puasa." Mendengar nada merajuk yang Harsa keluarkan membuat para orang tua terkejut.
"Le, gak papa gak puasa kalau memang belum sehat bener." Esha yang memang hanya mendengar dari tadi akhirnya ikut bersuara.
"Makanya kalau di suruh minum obat itu jangan bandel." Harsa semakin merengut saat mendengar ucapan Saga.
"Saga ngeselin!"
.
.
.
.
.
Maven menatap aneh pada cewek yang sejak tadi selalu menatap ke arah Harsa, bukan tatapan meremehkan seperti Saji dulu, tapi lebih ke tatapan memuja. Maven belum pernah melihat cewek itu sebelumnya."Kenapa Ven?" Maven menoleh saat eyang Juna menepuk pundaknya, sedikit khawatir saat melihat cucu nya yang biasanya tidak bisa diam justru diam, mana di kebun, kan takut kesambet.
"Eyang, cewek itu siapa sih? Sejak kapan di kebun ada cewek nya?" Eyang Juna tertawa kecil saat melihat siapa yang di maksud Maven.
"Dia cucu nya eyang Joko, kenapa cantik ya?" Maven hanya mengedikan bahunya.
"Itu cewek dari tadi ngeliatin mas Harsa terus, suka kali eyang sama mas Harsa." Ucapan Maven membuat eyang Juna langsung ikut memperhatikan Aruni yang memang sepertinya tengah berusaha mendekati Harsa.
"Ya udah biarin Ven, siapa tau jodoh sama Harsa." Maven langsung menatap aneh pada eyang Juna.
"Gak akan segampang itu eyang, eyang gak sadar kalau cucu-cucu eyang yang lain itu bucin sama mas Harsa?"
Maven masih memperhatikan bagaimana Aruni mendekati Harsa, dan dia bisa melihat meskipun Harsa terlihat menghindar tapi kakak sepupunya itu tidak tampak terganggu.
"Mas Harsa~" Harsa menghela nafas panjang saat mendengar panggilan dari Aruni. Entah panggilan keberapa dalam satu jam ini.
"Mas Harsa makin ganteng deh." Harsa mengerjap, bagaimana mungkin dia mendengar cewek memuji nya di tengah kebun begini.
"Mas Harsa~"
"Mas Harsa, ayam kecap kemarin rasanya gimana? Enak kan? Aku yang masak loh!" Harsa lagi-lagi menghela nafas.
"Asin." Aruni mengerjap saat mendengar jawaban singkat Harsa.
"Asin? Masa sih? Perasaan pas aku makan kemarin gak asin, eyang juga gak bilang kalau keasinan." Harsa menggeleng saat mendengar gumaman Aruni. Harsa bukan nya terganggu dengan ocehan cewek itu hanya saja dia sedang tidak ingin berbicara.
"Oh mas Harsa suka yang gak terlalu asin ya! Oke nanti aku buatin yang gak asin, oke mas?" Aruni mengerjap bingung saat tidak menemukan Harsa di sebelahnya.
"Ih mas Harsa, kok aku di tinggal!" Aruni baru saja akan menyusul Harsa saat kerah baju nya di tarik oleh eyang Joko.
"Arunika, kamu mau bantu atau deketin cucu nya pak Juna?!" Arunika langsung tersenyum kikuk saat mendengar pertanyaan eyang Joko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...