.
.
.
.
.
Harsa membereskan semua pekerjaan rumah saat tengah malam, Harsa bahkan meninggalkan Saga yang masih terlelap di kasur nya.Setelah di katai bahwa dia hanya parasit di rumah itu, Harsa merasa jika dia harus melakukan semua pekerjaan rumah seperti di rumah bapaknya dulu. Dengan begitu dia tidak akan pernah di katakan parasit.
Harsa melihat jam dinding di dapur, sudah pukul dua, dan dia baru saja selesai memasak, meskipun dia tidak tau masakannya akan di makan atau tidak. Harsa langsung buru-buru masuk ke kamar nya, menghindari bertemu dengan tante dan bude nya yang akan memasak sahur.
"Kamu habis darimana Sa?" Harsa sedikit terkejut saat tahu jika Saga sudah bangun.
"Dari dapur, maaf." Saga menghela nafas mendengar Harsa kembali mengucap maaf.
"Sa, ngapain minta maaf sih dek? Cuma kedapur ini." Harsa hanya mengulas senyum tipis dan kembali merebahkan diri di lantai, samping kasur.
"Heh ngapain kamu rebahan disitu, sini naik ke kasur." Harsa menggeleng dan justru memepetkan tubuhnya pada kasur.
"Sa, dingin lantai nya ya Allah. Nanti sesek lagi kamu." Harsa merengut dan langsung berpindah ke atas kasur.
"Mas, kangen bapak, boleh ketemu?" Saga langsung melotot saat mendengar ucapan Harsa.
"Apa Sa?" Harsa menunduk.
"Mau ketemu bapak, boleh?" Saga menghela nafas panjang.
"Mau ngapain emang nya?" Harsa yang tidak mendengar penolakan langsung menatap lekat ke arah Saga.
"Udah mau lebaran, mau minta maaf ke bapak. Boleh?" Saga terdiam sebentar sebelum menjawab.
"Aku tanyain ke eyang, papi sama om Tara dulu ya. Kalau boleh nanti aku anter ke sana." Harsa mengangguk antusias.
"Mas Saga, nanti mas keluar lagi sama pakde pandu gak?" Saga menggeleng, mana mau dia meninggalkan Harsa setelah kejadian kemarin.
"Gak, kenapa? Mau di temenin?" Harsa mengangguk.
"Temenin aku ke tempat bunda ya mas, aku juga mau ketemu bunda." Saga tidak bisa menolak kalau soal itu.
"Ya udah nanti aku anterin, ayo sekarang sahur dulu." Harsa menahan tangannya saat Saga mengajaknya keluar.
"A-aku gak laper mas, aku sahur minum air putih aja." Saga menggeleng.
"Kalau gitu kamu tunggu sini, biar aku ambilin sahur sekalian buat kamu."
.
.
.
.
.
Saga terlanjur menuruti permintaan Harsa untuk berkunjung ke makam sang bunda, jadi disinilah sekarang mereka berdua.Saga berusaha menjaga Harsa yang tetap gemetar meskipun sudah meniatkan diri sejak tadi.
"Sa, kalau gak bisa gak usah ya." Harsa menggeleng.
"Gak papa mas, pasti bisa kok." Saga terdiam. Harsa tengah menghadapi ketakutannya pada makam saat ini.
"Kuat kan?" Harsa mengangguk.
Harsa berdoa dalam diam sambil menatap makan sang bunda, berharap jika dia bisa melihat wajah ayu sang bunda secara langsung.
"Aku kangen sama bunda mas, pingin ketemu bunda." Saga mendesis tidak suka akan ucapan Harsa.
"Gak usah ngomong aneh-aneh. Ayo kalau udah selesai, habis ini udah magrib." Harsa mengangguk dan perlahan berdiri dari posisi jongkok nya.
"Mas pusing." Harsa memejamkan matanya saat pandangannya menghitam karena terlalu lama jongkok.
"Nah kan, udah ayo pulang. Atau mau beli takjil di luar?" Harsa menggeleng.
"Aku gak punya uang mas." Saga menghela nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...