.
.
.
.
.
Beberapa hari ini Harsa hanya bisa pasrah saat sepupu-sepupunya terus saja mepet padanya dan tidak mau jauh, bahkan Jevan yang biasanya terlihat biasa saja juga ikutan.Hari ini Harsa bisa bernafas lega karena eyang Juna mengajak nya ke kebun, mungkin beliau kasihan melihat Harsa terus di monopoli oleh sepupu-sepupu nya.
"Sa, udah pulang duluan aja gak papa, habis ini eyang mau langsung main catur sama eyang Joko." Harsa yang mendengar itu langsung mengangguk.
"Kalau gitu Harsa pulang dulu ya eyang." Eyang Juna mengangguk.
"Iya, jangan lupa makan le, nanti di marahin Saga loh." Harsa kembali mengangguk dan beranjak pergi.
"Dia anak Aruna yang selama ini kamu cari kan?" Eyang Juna mengangguk.
"Iyo, dia anak yang dulu sempat tak benci karena salah paham." Eyang Juna menghela nafas saat ingat kesalahan nya dulu.
"Dia kosong loh Jun, harus ekstra sabar kalian ngadepin dia." Eyang Juna beralih menatap eyang Joko lekat.
"Aku tau, ada banyak kesalahan yang aku lakukan ke dia dari dulu. Aku turut bertanggung jawab sama apa yang dialami Harsa." Eyang Joko menepuk pundak eyang Juna pelan.
"Seng penting, mulai saiki ojok di larani cah iku."
"Putu mu wedok seneng toh karo Harsa." Mendengar hal itu eyang Joko menghela nafas panjang.
"Yo sepurane Jun, lek tingkah ne putu ku siji iku gawe putu mu risih." Eyang Juna justru tertawa kecil mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Tak delok sejauh iki, Harsa gak keganggu kok. Yo sopo ngerti jodoh cah loro iku."
.
.
.
.
.
Entah kenapa hari ini Harsa ingin masuk lewat pintu depan, padahal dia bisa saja masuk lewat pintu belakang. Tapi Harsa memilih memutar untuk lewat pintu depan, dan sepertinya keinginannya itu membuat dia menghela nafas panjang.Harsa melihat Aruni duduk manis di kursi teras, jangan lupakan di hadapannya ada kotak makan yang sepertinya Harsa tau apa isinya.
"Siang mas Harsa." Harsa hanya mengangguk saat Aruni menyadari kedatangannya.
"Wah rambut mas Harsa baruuu!! Ya ampun jadi makin guanteng." Harsa hanya tersenyum kikuk saat mendengar pujian Aruni pada rambutnya.
"Kamu ada apa kesini?" Aruni segera beranjak, jangan lupa wajah full senyumnya.
"Aku bawain ayam kecap buat mas Harsa, jangan lupa di makan ya!" Harsa menerima kotak itu dan mengucapkan terima kasih.
"Makasih." Aruni semakin tersipu malu saat mendengar suara lembut Harsa.
"Aduh aduh...jatung ku gak sehat nih tiap denger suara mas Harsa." Harsa hanya bisa menatap aneh pada Aruni.
"Mas Harsa beneran gak mau jadi ayang nya Aruni gitu? Tangan Aruni butuh gandengan nih, keburu berlumut ntar." Aruni menunjukan tangan kanan nya pada Harsa dan hal itu berhasil membuat Harsa melangkah mundur.
"Ih mas Harsa kok mundur sih? Tangan ku bersih kok mas. Sebersih baju yang akan kita pakai nikahan besok." Harsa tidak tau lagi harus merespon apa akan ucapan Aruni yang penuh khayalan.
"Kamu ngomong apa sih?" Aruni hanya tersipu malu karena pikiran nya sendiri.
"Hehehe pokoknya jangan lupa dimakannya mas, lusa aku bawain lagi. Dadah mas Harsa, jangan lupa buat belajar sayang sama aku ya!"
"Dia itu kenapa sebenernya?" Harsa menatap kotak di tangannya sebelum memutuskan masuk kedalam rumah.
"Assalamuallaikum." Harsa menghela nafas panjang, bersiap menghadapi teriakan dan rengekan Wildhan jika tau Harsa baru saja bertemu Aruni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...