68. Gara-gara Chochomint

1.4K 222 14
                                    


.
.
.
.
.
Harsa sebenarnya bukan takut melihat reog, hanya saja dia tidak suka berada di tengah kerumunan banyak orang. Saga juga sudah tau jelas akan hal itu, itu lah kenapa Saga berjanji akan memastikan Harsa ada di tengah mereka agar tidak terlalu berhimpitan dengan orang lain.

Harsa setuju, karena dia percaya pada Saga. Tapi saat tiba di lokasi dan melihat bagaimana banyak nya orang yang hadir untuk melihat kesenian reog langsung membuat Harsa ragu, dia bimbang apakah dia tidak akan pusing jika berada di kerumunan.

"Mas Harsa, ayo turun!" Harsa hanya bisa pasrah saat Wildhan menarik tangannya semangat. Beruntung sebelum Wildhan melangkah meninggalkan mobil Saga sudah lebih dulu menghentikannya.

"Tunggu sebentar!" Saga menatap adik-adik nya lekat, hingga netra nya jatuh pada Harsa.

"Kita ke tempat eyang pake jalan muter, biar gak terlalu desek-desekan gini." Yang lain langsung mengangguk setuju akan usulan Saga.

"Yo wes ayo toh mas, aku kate ngomong nang eyang." Saga menggelengkan kepalanya, mau heran tapi itu Wildhan.

"Yo mlaku o, tapi Harsa gak usah di seret." Wildhan hanya tertawa canggung sambil melepaskan tangan Harsa.

"Mas Saga!" Belum juga mereka meninggalkan tempat parkir, Saga sudah mendengar suara nyaring salah satu adiknya. Beruntung mereka cukup tinggi, hingga Saga gampang melihat mereka.

"Sini." Saga bisa melihat Yudhis, Maven dan Yoga berjalan mendekatinya.

"Eyang emang ada liat pagelaran gini mas?" Saga menatap Yudhis dan mengangguk.

"Ada, eyang dapet undangan seinget ku. Ayo ke eyang dulu baru liat reog nya dari deket." Saga benar-benar memposisikan Harsa di tengah-tengah dia, Yudhis, Yoga sama Jevan. Jangan berharap sama Wildhan, Candra juga Maven udah pasti mereka heboh sendiri.

"Mas Harsa, mau naik ke atas topeng reog nya gak?" Harsa spontan menatap tajam ke arah Yudhis.

"GAK! Gak mau naik gituan, gimana bisa di naiki sih?" Saga tersenyum mendengar seruan Harsa.

"Bisa Sa, itu bisa di naiki. Nanti tak bilang no ke eyang, biar kamu bisa naik. Paling nanti gantian sama Wildhan." Harsa mengernyit tidak suka.

"Gak mau Saga, naik nya gimana? Itu topeng loh!" Saga hanya tersenyum tipis, begitu juga Yoga, Yudhis dan Jevan. Mereka tidak menyangka jika kakak sepupu mereka itu sangat polos dan tidak mengerti jika mereka yang memakai topeng reog itu sudah memiliki ilmu nya sendiri.

"Udah pokoknya nurut aja, nanti tak beliin batagor sama bakso."
.
.
.
.
.
Eyang Saga tidak terkejut saat melihat kedelapan cucu nya ada di sana untuk melihat kesenian reog, bahkan eyang Juna sudah langsung meminta ijin jika mungkin nanti beberapa cucu-cucu nya ingin naik ke dadak merak.

Eyang Juna jelas tau jika Wildhan tidak akan pernah melewatkan kesempatan itu, dan jika Wildhan melakukan itu sudah pasti Candra, Jevan atau bisa saja Yoga ingin juga.

"Udah sana, eyang udah ijin. Kalau mau naik nanti bilang aja." Wildhan mengangguk semangat dan segera menarik tangan Candra juga Harsa untuk mendekati topeng reog nya.

"Aku gak mau Wil!" Wildhan menggeleng saat Harsa menolak.

"Gak usah takut mas, gak papa kok, gak akan jatuh. Liat itu tuh!" Harsa menatap arah yang di tunjuk Wildhan, ada seseorang yang memang duduk di atas topeng reog nya, tapi Harsa jadi ngeri sendiri.

"Nanti jatuh Wil, gak usah ya." Wildhan merengut sebal saat Harsa mengatakan itu, hal itu jelas membuat Harsa merasa serba salah.

"Sebentar aja loh mas." Harsa akhirnya hanya bisa menghela nafas pasrah. Pemuda mungil itu hanya bisa berdoa dalam hati semoga dia tidak jatuh nanti nya.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang