72. Harsa hilang!

1.4K 233 15
                                    


.
.
.
.
.
Tidak ada yang tau apa yang tengah terjadi saat ini, semalam semua masih baik-baik saja. Selepas Saga memindahkan Harsa ke kamar tamu, sepupunya masih tertidur pulas saat Saga mengecek nya terakhir kali.

Tapi pagi ini mereka tidak menemukan Harsa di kamar tamu, hanya ada ranjang kosong dengan selimut berantakan. Tidak ada yang melihat Harsa keluar, tapi rekaman cctv justru memperlihatkan hal lain.

Dalam rekaman cctv terlihat jelas ada orang yang membawa Harsa pergi, mungkin sebelumnya orang itu sudah membuat Harsa tidak sadar.

"Kita sudah laporkan ini ke polisi yah, ayah tenang dulu." Tara mengatakan hal itu pada eyang Juna. Tara jelas melihat kemarahan di wajah putra dan keponakannya.

"Kalian semua tenang dulu, jangan ada yang gegabah." Saga yang biasanya tenang jelas tidak bisa bersikap tenang saat ini.

"Gimana bisa tenang om, kalau Harsa kenapa-kenapa gimana?" Pandu yang melihat amarah di mata putranya langsung mendekat.

"Papi tau, tapi kita harus tetap tenang. Kita gak tau mereka bawa Harsa kemana, jadi kita tunggu kabar dari polisi dulu." Saga masih tetap dengan wajah datar dan tatapan tajam nya, meskipun sudah mendengar ucapan Pandu.

"Kalau sampai ada apa-apa sama Harsa, mereka bakal Saga habisi. Gak peduli mereka siapa." Pandu mendekap tubuh Saga, dia jelas tau kemarahan Saga bisa sangat menakutkan.

"Iya nak iya, berdoa saja buat supaya Harsa cepet ketemu."

"Mas Harsa belum makan apapun pa, sejak balik dari lapas waktu itu." Ucapan pelan Yoga membuat para orang tua terkejut, terutama keluarga Hendra.

"Kalau sampai aku tau dalang nya ada disini, siap-siap aja aku suntik mati!"
.
.
.
.
.
Tidak ada kabar soal Harsa yang mereka terima, bahkan setelah tiga hari berlalu. Kepolisian juga belum menemukan titik terang.

Saga jelas tidak terima saat lagi-lagi mendapat kabar jika Harsa belum di temukan, kekhawatiran yang mereka rasakan jelas berlipat-lipat.

"Mas Saga." Saga menoleh saat mendengar suara Yoga.

"Apa?" Yoga menghela nafasnya saat melihat Saga kembali cuek seperti saat pertama kali mereka bertemu.

"Makan dulu mas, di tunggu eyang di dalam." Saga hanya mengangguk.

"Mas, habis makan aku mau ngomongin sesuatu sama mas ya." Saga kembali mengangguk.

"Iya, nanti kita ngobrol di kamar aja." Yoga mengangguk dan tersenyum. Dia sejak awal sudah mencari waktu yang pas untuk menceritakan segala kecurigaan nya pada Saga, tapi belum juga menemukan waktu yang cocok.

"Yog, ayo, katanya mau makan." Yoga mengangguk dan segera menyusul Saga.

Keduanya berjalan ke ruang makan, dimana disana terdapat saudara-saudara mereka yang lain.

Yoga beberapa kali melirik ke arah Anggun dan Kania yang sedang makan dengan tenang, padahal yang lain tidak bisa tenang karena menghilang nya Harsa.

Tenyata kelakuan Yoga itu di sadari oleh Saga yang tidak sengaja menatap ke arah sang sepupu.

"Yoga, Yudhis, habis makan ke kamar ku." Yoga dan Yudhis yang namanya di sebut menoleh dan langsung mengangguk paham.

"Iya mas."
.
.
.
.
.
Buagh

Buagh

Duk

Duk

Duk

Plak

Plak

Plak

Harsa tidak tau sudah berapa lama dia ada si ruangan kecil itu, tenaganya sudah habis untuk melawan. Harsa bukan tidak mengenali tempat nya berada berada, dia sangat tahu. Karena dulu semasa sang ayah masih hidup, dia sudah sering berakhir di ruangan ini.

"Ugh..." Harsa berusaha menajamkan pandangannya, guna mengenali siapa sosok yang sedang berdiri di hadapannya itu.

Srak

"Harusnya kamu itu gak balik kesini sialan!" Harsa memejamkan matanya saat kepalanya terasa semakin sakit karena jambakan di kepalanya.

"L-le-le-pas." Harsa mengenal jelas suara yang di dengarnya.

"Apa? Lepas? Nih lepas!"

Dug

Harsa hanya bisa menahan rasa sakitnya karena tidak ingin ada erangan yang keluar dari mulutnya.

"Selamat tinggal Harsa, setelah ini semua orang bakal lupa kalau kamu pernah ada sama mereka."

Brak

Tidak ada yang bisa Harsa rasakan kecuali sakit di tubuhnya saat kurai itu mendarat tepat di tubuh ringkihnya, Harsa hanya berharap jika Saga akan menemukannya.

"B-bun-da."

Dua orang pelaku yang menatap diam pada Harsa mulai panik saat Harsa kembali menutup matanya.

"Kamu gak bunuh dia kan?"

"Biarin aja dia mati, gak akan ada yang tau!"

"Gila ya? Rumah ini bisa di gerebek kalau dia mati."

"Udah gak usah protes, ayo keluar."
.
.
.
.
.
Rencana Saga untuk berbicara bertiga dengan Yoga dan Yudhis harus berubah karena Tara dan Pandu menyadari niat ketiga nya.

"Papi ngapain ikutan sih? Saga mau ngobrol sama Yoga sama Yudhis." Pandu jelas tau jika mood putra nya sedang buruk.

"Papi tau apa yang mau kalian obrolin, makanya papi sama om Tara mau dengerin disini, siapa tau bisa bantu." Yoga jelas terkejut mendengar ucapan Pandu, karena dia belum sempat menceritakan hal ini pada siapa pun kecuali Yudhis.

"Terserah papi aja."

Yoga menghela nafas mendengar hal itu, ya bagaimana pun mungkin dia juga harus bercerita pada Pandu dan Tara.

"Kalian curiga gak sih sama ibuk tirinya mas Harsa?" Empat orang yang ada disana mengernyit bingung.

"Curiga gimana? Wanita itu kan emang mencurigakan." Yoga menghela nafas.

"Gini pa, beberapa hari ini aku sering ngeliat tante Anggun itu keluar lewat pintu belakang tiap malem, dan baru balik ke rumah tiga atau empat jam setelahnya. Semalem bahkan Yudhis juga ngeliat itu." Pandu dan Tara saling pandang sebelum akhirnya menghela nafas.

"Mungkin dia mau cari udara segar di belakang." Yoga menggeleng pelan.

"Yoga selalu cek ke belakang setiap kali tante Anggun keluar pa, dan selalu gak ada orang. Tapi kadang Yoga denger dari gudang di belakang itu." Keempatnya terdiam mendengar hal itu.

"Kamu curiga kalau hilang nya Harsa ada sangkut pautnya sama ibuk tirinya itu?" Yoga menoleh pada Saga dan mengangguk.

"Tapi rumah ini udah di periksa kemarin Yog, gak ada yang aneh." Saga masih terdiam mendengar perdebatan kecil antara Yoga dan Tara.

"Gak semua om, gudang belakang belum di periksa." Ucapan pelan Saga membuat mereka terdiam.

"Kita semua ikut lihat ruangan apa yang ada di rumah ini waktu pemeriksaan kemarin, tapi ada satu ruangan yang gak ada. Harsa pernah cerita kalau om Hendra punya ruangan sendiri buat menghukum dia, dia memang gak bilang lokasinya tapi Harsa selalu bilang kalau ruangan itu kecil dan penuh kursi bekas yang biasanya bakal di pukulin ke dia." Pandu langsung bangkit dan meminta Tara ikut dengannya.

"Kalau gitu kita harus periksa gudang belakang. Yoga kamu hubungin Miko, minta dia ke rumah. Kita butuh saksi orang luar." Yoga mengangguk dan segera menghubungi calon kakak iparnya itu.

"Sabar mas, kalau memang mereka dalang nya, mereka gak akan bisa lepas dari hukum."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat siang
Ada yang kangen Harsa?
Nih Harsa up siang-siang
Biar gak kesel tengah malem

Selamat membaca dan semoga suka

See ya

–Moon–

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang