.
.
.
.
.
Janji Harsa untuk bercerita ternyata membuat semua sepupunya tidak bisa tidur, mereka masih saja menonton tv di jam yang mengharuskan mereka tidur."Kenapa kalian gak tidur?" Harsa yang baru saja dari dapur spontan bertanya saat melihat sepupu-sepupunya masih menonton.
"Gak bisa tidur mas." Jawaban Candra mendapat anggukan dari yang lain.
"Sa, sini deh." Harsa menurut saat Saga meminta nya mendekat dan duduk di sebelahnya.
"Kamu sendiri kenapa belum tidur?" Harsa menunjukan gelas di tangannya yang masih berisi setengah.
"Mereka itu sebenernya penasaran sama cerita kamu makanya gak bisa tidur." Bisikan Saga membuat Harsa menatap adik-adiknya.
"Kenapa penasaran?" Harsa bisa menatap raut wajah polos sepupu-sepupunya.
"Aku gimana ceritanya ya Ga?" Saga tertawa kecil saat mendengar Harsa bertanya.
"Apa aja, sama kayak kamu pertama nyeritain semuanya ke aku." Mendengar ucapan Saga, Harsa justru semakin bingung.
"Bingung." Saga yang gemas dengan Harsa langsung mengacak rambut Harsa pelan.
"Mas Harsa, apa om Hendra baik?" Harsa menatap Candra, sedangkan yang lain terkejut mendengar pertanyaan Candra. Mereka jelas tau jika Hendra sangat jahat pada Harsa.
"Bapak baik." Dan lebih mengejutkan lagi jawaban Harsa. Tapi Saga yang melihat Candra tersenyum akhirnya sadar, jika adiknya itu sengaja bertanya agar Harsa bercerita.
"Om Hendra baik buat mas itu karena apa?" Harsa menatap Saga yang mengangguk, memintanya menjawab semua pertanyaan Candra jika dia bingung untuk bercerita.
"Karena biarin aku hidup sampai sekarang." Candra di buat terdiam, sedangkan yang lain langsung syok mendengar jawaban Harsa.
"Maksud mas Harsa, om Hendra baik karena gak bunuh mas gitu?" Harsa mengangguk tanpa tahu jika itu membuat sepupu-sepupunya geram.
"Kalau ibuk sama adik tiri kamu gimana?" Harsa terlihat berpikir dengan wajah sendu.
"Ibuk sama Kania?" Harsa melihat anggukan dari sepupu-sepupu nya.
"Iya, mereka baik?" Kali ini Harsa memberi gelengan.
"Ibuk jahat, Kania juga." Saga jelas melirik semua adik-adiknya yang mendengar jawaban Harsa.
"Jahatnya kenapa mas?" Harsa menarik tangan Saga dan meremasnya. Saga sengaja tidak menghentikan apapun yang dilakukan Harsa agar sepupunya itu tenang.
"Ibuk ngerebut tempat bunda, ibuk ngerebut semua hak bunda di rumah. Ibuk selalu mukul atau teriak kalau aku gak mau ngelakuin apa yang ibuk mau." Saga balas menggenggam tangan Harsa saat mendengar suara Harsa bergetar. Sepertinya Anggun lebih meninggalkan trauma dari pada Hendra.
"Apa yang pernah ibuk kamu lakuin ke kamu Sa?" Harsa menatap ke arah Saga sekilas.
"Aku lebih takut sama ibuk di banding bapak, karena bapak gak akan pernah bunuh aku kalau mau Kania di akui sebagai cucu di keluarga besar bapak. Tapi ibuk.." ucapan Harsa terjeda dan itu membuat mereka semua bingung.
"Ibuk kenapa Sa?" Saga bisa merasakan remasan Harsa pada tangannya semakin kencang.
"Aku pernah hampir mati karena ibuk, ibuk marah karena nilai ku lebih dari Kania." Yoga menatap lekat ke arah Saga dan Harsa.
"Apa yang ibuk mas lakuin waktu itu?" Harsa memejamkan matanya sebentar sebelum membuka kembali matanya.
"Ibuk ngelilit leher ku pakai kaki boneka punya Kania, ibuk gak peduli meskipun aku udah minta ampun dan nangis saat itu. Aku bahkan gak tau gimana aku masih bisa hidup setelah itu." Mendengar Harsa menyebut boneka, mereka langsung teringat boneka yang di kirim Kania waktu itu. Boneka berbentuk anak-anak dengan kaki yang panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...