43. Hari ke-15: Rusuh perkara KEONG!

1.8K 252 15
                                    


.
.
.
.
.
Ini kedua kali nya mereka sahur tanpa Saga juga Harsa, meskipun di rumah jadi banyak orang karena ada orang tua mereka, tapi tetap saja rasanya berbeda.

Wildhan dan Maven yang biasanya berisik juga jadi pendiam, padahal biasanya mereka sama sekali gak bisa diam.

"Candra, ini kucing nya taruh di kamar dulu." Candra merengut saat Dayana memintanya memindahkan Kui kedalam kamar.

"Kui gak akan betah di kamar Candra bun, biarin aja di situ. Dia lagi nunggu anak-anak nya." Dayana menggeleng mendengar jawaban Candra.

"Masukin dulu le, nanti habis sahur keluarin lagi." Candra menggeleng, dia sedang malas jika harus memindahkan kucing galak itu. Padahal kan dia yang punya, emang dasar majikan pilih kasih.

"Gak usah bun, nanti Kui nyakar loh." Dayana menghela nafas dan mencoba memindahkan Kui sendiri, namun yang dia dapat justru cakaran dari kucing gembul berbulu abu-abu itu.

"Kamu dapat kucing ini dimana sih le? Galak nya ." Candra dan anak-anak yang melihat itu dari ruang makan hanya tertawa kecil.

"Kui emang galak tante, sama kita juga galak." Ucapan Yudhis di beri anggukan oleh yang lain.

"Candra udah bilang bun, Kui lagi galak. Soalnya gak ketemu mas Harsa." Dayana akhirnya meninggalkan Kui yang sudah kembali bergelung di dekat pintu dapur.

"Emang kamu dapat darimana?"

"Mas Harsa nemuin di depan, di dalam kardus subuh-subuh." Candra menjawab apa ada nya.

"Jadi setelah itu dia lebih suka sama Harsa?" Candra mengangguk.

"Lebih tepat nya cuma Candra sama mas Harsa aja bude."
.
.
.
.
.
Harsa menatap lekat pada adik-adiknya yang baru saja datang ke kamar rawatnya, memastikan jika mereka semua baik-baik saja.

"Mas Harsa." Harsa berkedip saat Jevan menggantikan Saga untuk duduk di sebelahnya.

"Masih sakit?" Harsa menggeleng pelan sembari tersenyum tipis. Saga, dan para orang tua jelas tau jika Harsa berbohong pada adiknya.

"Kamu kenapa?" Jevan tersenyum saat mendengar suara lirih Harsa.

"Aku gak papa mas, cuma kangen tidur sama mas Harsa." Harsa mengulas senyum tips dan membiarkan Jevan menggenggam tangannya.

"Nanti kalau udah pulang, tidur sama aku." Jevan mengangguk. Interaksi Harsa dan Jevan tidak luput dari perhatian para orang tua, mereka bersyukur jika Harsa bisa lebih semangat saat ada adik-adiknya.

"Mas Harsa, ayo cepet sembuh. Mas Harsa belum cobain ice cream buatan ku kemarin, padahal aku buat itu khusus buat mas Harsa." Harsa ganti menatap Wildhan.

"Nanti kalau udah pulang di coba." Wildhan mengangguk semangat.

"Cepet sembuh ya mas, soalnya kalau gak ada mas Harsa Yoga suka bawa keong ke dalem rumah."

"Iya mas, padahal keong nya di buat mainan anak-anak kui."

"Kui juga jadi galak mas, siapa aja di cakar." Harsa hanya tersenyum saat adik-adiknya bercerita, mungkin lebih tepatnya mengadu.

"Mas Harsa ngantuk ya?" Pertanyaan Jevan membuat semua yang ada di sana menatap ke arah Harsa. Saga yang melihat ekspresi Harsa segera mendekat.

"Kenapa? Butuh sesuatu?" Saga sengaja mendeketkan telinga nya agar bisa mendengar gumaman Harsa.

"Sesek mas." Saga yang mendengar itu langsung mengatur oksigen di nasal cannula yang di kenakan Harsa, beruntung Saga seorang dokter jadi mereka tidak perlu menunggu dokter untuk melakukan itu.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang