84. Bahagia

1.7K 212 22
                                    


.
.
.
.
.
Yudhis masih tetap dalam diam nya saat Harsa mencoba bicara, bukan karena apa, tapi karena Yudhis masih kesal saat tau jika Harsa menerima kehadiran Aruni.

Yudhis cemburu, padahal dia baru saja dekat dengan Harsa dan masih ingin perhatian Harsa hanya berpusat pada mereka.

"Masih marah?" Yudhis hanya mengangguk kecil saat Harsa mendekatinya.

"Kamu gak suka sama Aruni ya?" Yudhis memilih menatap Harsa lekat sebelum menjawab.

"Gue bukan gak suka mas, tapi kalau mas Harsa punya pacar mas Harsa pasti lebih sibuk sama dia, nanti kita gak bisa deket lagi sama mas Harsa." Harsa tersenyum tipis setelah mengetahui alasan Yudhis diam seminggu ini.

"Yudhis, mau aku punya pacar atau punya istri pun, kalian bakal tetap jadi prioritas. Kalian punya tempat sendiri buat aku, jadi gak usah takut kalau aku bakal jauh setelah punya pacar." Yudhis merengut saat mendengar penjelasan Harsa.

"Gue belum siap mas, gue gak pernah deket sama kalian selama ini, kecuali sama Yoga. Dan sekalinya deket gue punya dia kakak yang bisa gue andelin, selama ini gue yang berperan jadi kakak buat Yoga. Gue cuma gak siap buat kehilangan perhatian kalian, mas Harsa sama mas Saga." Harsa menepuk pelan kepala Yudhis.

"Kamu percaya sama aku kan?" Yudhis mengangguk.

"Percaya sama Saga juga?" Dan lagi-lagi Yudhis mengangguk.

"Terus apa yang kamu khawatirin kalau kamu percaya sama aku Yud, kalian adik ku dan akan selalu seperti itu."

Grep

Harsa sedikit terkejut saat Yudhis tiba-tiba memeluknya.

"Maaf mas, gue kekanakan ya?" Harsa menggeleng.

"Gak, semua orang pasti juga punya ketakutan dan pikiran kayak gitu, gak papa." Yudhis justru mengeratkan pelukannya pada Harsa setelah Harsa mengatakan itu.

"Mas Harsa, setelah ini mas bakal tetap tinggal disini kan?" Harsa mengangguk.

"Iya, memang aku mau tinggal dimana lagi." Yudhis melepaskan pelukannya pada Harsa.

"Ya mas Harsa kan punya warisan dari om Hendra, aku takut mas Harsa malah pergi dari rumah eyang nanti." Harsa tertawa kecil saat mendengar itu.

"Gak, gimana aku bisa ninggalin tempat yang udah jadi rumah buat aku."
.
.
.
.
.
Saga tertawa melihat bagaimana Jevan, Maven, Yoga, Wildhan dan Candra sedang bermain keong di halaman samping. Mereka berlima tampak seperti anak berusia lima tahun di banding pemuda berusia dua puluh tiga tahun.

"Saga." Saga menolah dan menemukan Harsa mendekatinya bersama Yudhis.

"Kenapa? Udah baikan nih?" Yudhis kembali merengut saat Saga menggodanya.

"Jangan di goda deh." Saga kembali tertawa saat Harsa membela Yudhis.

"Maaf, ada apa Sa?" Harsa menggeleng.

"Aku mau keluar boleh?" Saga mengernyit, begitu juga Yudhis.

"Mau kemana?"

"Pingin bakso, mau beli bakso." Saga melirik Yudhis yang juga menatapnya.

"Ya udah ayo sekalian aja, kita pergi beli bakso." Harsa tersenyum dan mengangguk.

"Heh kalian mau bakso gak? Kalau mau cepet siap-siap!" Harsa harus menutup telinga nya saat Saga tiba-tiba berteriak.

"Telinga ku sakit." Saga tertawa kecil begitu mendengar gerutuan Harsa.

"SEK MAS SAGA, TUNGGUIN!"

"SEBENTAR MAS, MAU NYIMPEN KEONG DULU!!"

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang