.
.
.
.
.
Yudhis hanya diam saat melihat bagaimana Saji di buat babak belur oleh Saga, Saga yang sabar langsung berubah beringas saat mengetahui jika Saji terlibat dalam penyekapan Harsa.Yudhis tidak memiliki niat untuk memisahkan Saga dan Saji, bahkan pak Wanto, ayah Saji hanya menatap tanpa niat untuk membantu putranya.
Buagh
Buagh
Buagh
Buagh
Sret
"Saga, udah. Nanti Harsa marah sama kamu kalau kamu kayak gini." Saga berhenti saat Pandu mendekap tubuhnya, menghentikannya untuk kembali menghajar Saji.
"Harsa gak tau apa yang Saga lakuin sekarang, dan gak akan tau kalau gak ada yang cerita." Pandu menghela nafas panjang, dia sangat tau temperamen putra nya.
"Papi tau, tapi dari pada kamu ngehajar dia terus, lebih baik kamu ke rumah sakit. Jaga Harsa disana, biar masalah ini, eyang, papi sama om Tara yang urus." Saga melirik ke arah Saji yang bahkan sudah tidak bisa bangkit lagi.
"Hm." Pandu langsung menatap Yudhis begitu Saga berlalu.
"Temani Saga ya." Yudhis mengangguk kecil.
"Yudhis ajak mas Saga ke rumah sakit pakde." Pandu hanya mengangguk dan membiarkan keponakan nya pergi.
"Maafkan kelakuan anak daya pak Wanto." Pak Wanto menggeleng.
"Saga gak salah pak, anak saya yang salah. Dia sudah melakukan kejahatan, kalau bisa biarkan hukum juga bekerja buat menghukum Saji." Pandu mengangguk, laki-laki itu tau jika pak Wanto tidak akan membela yang salah, sekalipun Saji adalah putranya.
"Saji memang akan berurusan dengan polisi pak, tapi tidak sekarang."
.
.
.
.
.
Saga dan Yudhis sampai di rumah sakit tempat Harsa dirawat, keduanya tidak banyak bicara. Mungkin sejak kabar menghilangnya Harsa, hingga hari ini, mereka semua memang tidak banyak bicara. Lebih tepatnya tidak berani mengajak Saga untuk berbicara.Cklek
"Oh kalian udah dateng." Saga hanya melirik tanpa menjawab apapun, mood nya sedang buruk dan dia mungkin saja menyakiti lawan bicaranya.
"Mas Saga, perlu waktu sendiri disini?" Saga mengangguk kecil, hal itu membuat Yudhis mengajak gadis di hadapannya itu untuk keluar.
"Ikut gue keluar yuk, temenin gue beli makanan di kantin." Yudhis menarik tangan gadis itu keluar dari kamar rawat Harsa.
"Kakak lo kenapa? Marah?" Yudhis mengangguk.
"Mas Saga habis ngehajar Saji sebelum kesini, lo tau sendiri kan kalau Saji terlibat." Gadis itu mengangguk.
"Saji pacarnya si upil itu kan?" Yudhis tersenyum tipis dan mengangguk.
"Upil upil gitu, dia juga sepupu lo Riana." Gadis yang di panggil Riana itu mengedikan bahunya.
"Bener lagi, meskipun sebenernya gue males ngakuin upil satu itu sepupu." Yudhis menatap ke arah Riana bingung.
"Emang kenapa?"
"Anak itu setiap kali di ajak om Hendra ke rumah nenek, selalu sok kuasa. Padahal dia itu malah gak punya hak di rumah nenek, yang punya hak di rumah nenek sebagai cucu itu cuma mbak Niar, gue sama mas Harsa." Yudhis hanya diam, meskipun dia memang tau hal itu.
"Ya namanya juga anak gak tau diri." Riana mengangguk kecil.
"Buah jatuh tidak nauh dari pohonnya, peribahasa itu kayaknya cocok buat si upil sama emak nya. Jadi pingin ngetawain dia di penjara deh."
.
.
.
.
.
Ada banyak hal yang sedang di sesali Saga saat ini, terutama saat melihat bagaimana kondisi Harsa yang sangat buruk sejak dua hari lalu.Masker oksigen, juga beberapa kabel yang langsung terpasang di tubuh ringkih Harsa, membuat emosi Saga naik. Di saat dia dan saudara-saudara menjaga Harsa dengan hati-hati, tiga orang itu justru melukai Harsa sedemikian rupa.
"Mereka pasti dapat hukuman yang setimpal Sa, kamu tenang aja. Setelah ini gak akan ada lagi orang yang bisa nyakitin kamu, kamu gak perlu takut lagi sama ibuk tiri kamu itu." Saga mengelus tangan Harsa yang bebas dari infus. Tangan mungil itu terasa dingin.
"Kalau hukum di indonesia gak bisa kasih mereka hukuman yang setimpal, maka aku yang akan kasih mereka hukuman yang setimpal." Saga bergumam lirih, dia juga sudah berjanji bahwa dia akan menghabisi siapapun yang menjadi dalang menghilang nya Harsa.
"Cepet bangun dek, kita semua kangen."
Selain Saga, tentu saja semua cucu Bratadikara juga tengah marah dan berduka. Kakak sepupu kesayangan mereka harus terbaring di rumah sakit karena tingkah bodoh dan kejam ibuk dan adik tirinya, mereka marah, tapi mereka tidak bisa seperti Saga yang langsung melampiaskan emosi mereka. Mereka harus menahan emosi mereka, karena mereka ingin Anggun, Kania dan Saji mendapat balasan yang setimpal.
"Mas Saga di dalem?" Wildhan dan Candra mengangguk saat Maven bertanya.
"Terus kenapa kalian gak masuk?" Wildhan dan Candra menggeleng.
"Kasih waktu buat mas Saga jagain mas Harsa, mas Saga pasti ngerasa bersalah banget." Yoga yang paham langsung mengangguk dan memilih duduk di kursi tunggu yang tersedia di sana.
"Mas Yudhis mana? Aku gak liat mas Yudhis sama sekali." Yoga, Maven, Candra dan Wildhan menghela nafas panjang saat Jevan bertanya tentang Yudhis.
"Pasti dia lagi pdkt sama Riana." Jevan mengernyit bingung mendengar jawaban Maven.
"Riana?"
"Iya, itu loh anak bude nya mas Harsa. Yang dari awal udah bikin Yudhis tertarik." Jevan akhirnya mengangguk paham.
"Oalah, cewek yang rambutnya suka di kuncir kuda itu?" Gumaman Jevan mendapat anggukan dari Wildhan.
"Iya, tadi sebelum mas Saga kan dia yang jaga mas Harsa. Para orang tua lagi ke pengadilan, ngurusin kasus ini." Wildhan menatap Candra yang baru saja membuka suara.
"Aku harap mereka dapet hukuman yang pantas."
.
.
.
.
.
Yudhis ingin sekali berteriak saat melihat kedatangan Saji yang babak belur, tapi dia ingat jika saat ini dia sedang ada di rumah sakit dan Saji datang sebagai pasien. Jika saja mereka bertemu di luar sudah pasti Yudhis akan bertindak sama seperti Saga tadi."Wih, parah ternyata pacarnya si upil. Mas Saga serem ya kalau marah?" Yudhis menoleh dan menemukan Riana sudah berdiri di sebelahnya.
"Hm, sejujurnya gue juga baru pertama tadi liat mas Saga marah. Emang seserem itu sih." Riana tertawa kecil.
"Lo kalau lagi ngedumel gitu lucu tau Yud." Yudhis seketika menoleh dan menatap tidak percaya pada Riana.
"Lucu bagian mana nya njir." Riana kembali tertawa dan itu membuat Yudhis terpaku sesaat.
"Ya lucu, kamu lucu pokoknya." Yudhis menaikan sebelah alisnya.
"Kamu? Ngomong nya pake aku-kamu sekarang?" Ucapan Yudhis yang terdengar tengah menggodanya membuat Riana gelagapan.
"E-emang kapan gue pake aku-kamu? Ngaco kamu." Yudhis menjentikan jarinya di hadapan Riana.
"Nah itu." Riana memilih mengalihkan pandangannya, berusaha menyembunyikan kegugupan yang saat ini tengah dia rasakan.
"Diem ya Yud, gak usah ngomong lagi!" Namun Yudhis hanya tertawa kecil saat melihat tingkah Riana.
"Yudhis, jangan ngeselin!"
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat sore
Selamat datang di indomei
Selamat berbelanja...Hehe...ada yang kangen atau nungguin mas Harsa?
Hari ini aku bakal double up ya...Selamat membaca dan semoga suka...
See ya...
–Moon–
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanficKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...