39. Hari ke-11: Anterin

1.8K 281 87
                                    


.
.
.
.
.
SAHUR...SAHUR...

SAHUR...SAHUR...

SAHUR...SAHUR....

Harsa terlonjak kaget begitu denger suara Maven yang super kenceng, padahal cuma mau bangunin mereka sahur.

Jevan yang memang lengannya di peluk sama Harsa jadi ikutan kaget, cowok itu natap Harsa bingung.

"Kenapa mas? Ada apa?" Harsa bukannya menjawab malah ngelempar bantal sofa yang ada di sebelahnya ke arah Maven.

Buk

Suara lemparan bantal yang kena pas ke punggung Maven ngebuat mereka yang ada di dapur langsung ke ruang keluarga.

"Ada apa?"

"Ada yang jatoh?" Saga sama Yudhis sempet panik tapi melihat Maven mengelus punggung nya juga bantal sofa di deket kakinya membuat mereka paham apa yang terjadi.

"Mas Harsa mah." Maven merengut sambil menatap Harsa.

"Jangan teriak, aku kaget!" Mendengar itu Maven hanya bisa tersenyum kikuk.

"Maaf mas, kalau gak gitu itu kurcaci-kurcaci di sebelah mas Harsa gak akan bangun." Harsa melihat ke sebelahnya, ada Wildhan, Yoga sama Jevan.

"Maksud mu aku pendek ngunu ta?!" Wildhan tidak terima di bilang kurcaci.

"Ya kan memang." Wildhan langsung bangkit dan berjalan ke arah Maven, sedangkan pelakunya sendiri sudah mengambil ancang-ancang buat kabur.

"Mavendra jancok, kene kon!"
.
.
.
.
.
Sesuai janji nya Saga semalem, hari ini mereka mau ke kediri, ke rumah Jevan. Sebenernya Harsa gak tau menahu soal rencana Saga tapi dia cuma diem, padahal aslinya takut.

Harsa takut kalau nanti mereka nanti nya bakal ngelewatin daerah tempat tinggal nya, Harsa memang beberapa kali ada pikiran buat balik ke rumah bapak nya, tapi setiap inget gimana perlakuan bapak, dia pasti takut.

"Sa, duduk depan apa di belakang?" Harsa melirik ke arah Jevan yang udah nempeli dia lagi.

"Oke, Harsa di belakang. Siapa mau di depan?" Yoga tanpa banyak bicara udah langsung masuk kedalam mobil dan duduk di depan.

"Gini amat sih adek-adek ku." Harsa tertawa kecil saat Saga menggerutu.

"Sabar mas, gak oleh mbesengut." Saga melongo saat Harsa mengatakan hal itu, tapi kenapa dia jadi was-was ya.

"Udah ayo yang lain masuk juga."

Saga sengaja mengambil jalan lewat Batu biar deket, tanpa tahu kalau Harsa udah was-was.

"Habis lebaran ayo main ke alun-alun batu mas, lama loh gak kesana." Saga mengangguk setuju sama ucapan Wildhan.

"Kata e di alun-alun batu banyak jajanan yo mas?" Saga kembali mengangguk.

"Terakhir aku kesana buanyak pol seng jualan Can, dadi pingin ngabuburit ke alun-alun batu." Candra mendengar cerita Wildhan antusias.

" Nanti kalau mendekati lebaran aja, kita ajak eyang juga." Semua mengangguk setuju kecuali Harsa. Waktu Yoga tengok ternyata Harsa udah mejamin matanya, keliatannya sih tidur sambil sandaran ke kaca jendela mobil.

"Pantes aja gak ada suara nya dari tadi, ternyata tidur." Saga ikut melirik lewat spion dan tersenyum tipis.

"Udah jangan berisik, biarin mas Harsa tidur."
.
.
.
.
.
Jevan sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari Harsa, bahkan meskipun mereka sudah ada di rumah milik orang tau Jevan. Jevan gak tau, rasanya setelah dia mimpi buruk kemarin dia jadi takut buat jauh dari Harsa, takut Harsa tiba-tiba pergi kayak di mimpi nya.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang