16. Ice cream buatan Wildhan

2.2K 312 18
                                    


.
.
.
.
.
Setelah kemarin Jevan mengusulkan merubah ruangan di samping kamar Candra menjadi musholah, sekarang disini lah mereka. Kerja bakti untuk memindahkan barang-barang yang memang ada di ruangan itu.

Juna meminta cucu-cucu nya untuk memindahkan barang-barang itu ke belakang, ke kamar kosong yang mungkin akan beralih menjadi gudang.

Disaat yang lain sibuk kerja bakti, Harsa hanya bisa diam di dalam kamarnya. Semua karena Saga yang meminta, padahal menurut Harsa dia masih bisa membantu. Rasa sakit di pundaknya bukan hal yang patut di manja, apa lagi di tambah demam.

Harsa terbiasa mengabaikan rasa sakit nya, dia tidak pernah mengeluhkan apa yang dia rasakan. Yang pasti selama dia masih bisa berdiri dan melakukan pekerjaan maka Harsa akan tetap bekerja. Bukan karena kemauannya tapi karena perintah Hendra, ayah nya itu tidak akan membiarkan Harsa hanya sekedar tiduran.

"Mas Harsa, ayo makan dulu." Harsa menatap ke arah pintu kamarnya, ada Maven yang baru saja membuka pintu kamarnya.

"Duluan aja, aku belum laper." Maven mengernyit, dia tidak melihat Harsa makan dari kemarin. Bahkan saat sang eyang pulang membawa sate pun, Harsa hanya duduk tanpa menyentuh sate dan lontong di atas meja makan.

"Mas yakin gak laper?" Harsa mengangguk, sedangkan Maven menatap aneh pada Harsa.

"Bohong! Aku gak liat mas makan dari kemarin, gak mungkin sekarang mas gak laper." Harsa mengulas senyum tipis.

"Tapi aku beneran gak laper, nanti kalau laper aku makan." Maven akhirnya menghela nafas panjang.

"Ya udah nanti aku bilangin ke mas Saga. Oh iya mas, gak mau liat musholah baru kita? Udah beres loh." Harsa mengerjap dan beranjak mengikuti Maven.

"Cepet banget selesai nya." Gumaman lirih Harsa ternyata masih mampu di dengar oleh Wildhan.

"MAS HARSA!" Harsa terlonjak kaget waktu mendengar suara melengking Harsa.

"Mas Harsa...mas Harsa...nanti kita jama'ah disini ya?" Harsa yang masih terkejut hanya bisa mengangguk.

"Hore!!"

"Mas Saga, mas Harsa gak mau makan. Gak laper katanya." Ucapan Maven jelas membuat Saga dan yang lain melotot pada Harsa.

"Harsa makan dulu! Udah hampir makan siang ini." Tapi Harsa hanya tersenyum.

"Iya nanti, aku beneran belum laper."  Saga menghela nafas.

"Mas Harsa, sini deh ikut aku." Harsa hanya menurut saat Jevan menariknya ke dapur.

"Mas duduk sini dulu." Harsa bingung saat melihat Jevan justru membuka kulkas dan mengeluarkan sesuatu.

"Mas kalau gak mau makan nasi, ya udah makan ini dulu aja. Aku sih yakin mas gak akan nolak ini." Harsa berkedip melihat sekotak sawo yang baru saja di sodorkan oleh Jevan.

"Sawo."

"Iya sawo mas, buat mas kata eyang. Tadi pagi eyang bawa dari kebun." Tindakan Jevan membuat Saga dan yang lain tersenyum, terutama saat melihat Harsa mau memakan sawo itu.

"Makasih Jev." Jevan mengangguk.

"Sama-sama mas, jangan langsung di habisin mas. Nanti mas Harsa sakit perut!"
.
.
.
.
.
Harsa sedang duduk bersama Saga juga Yoga di teras, sudah sore dan Juna juga baru saja kembali dari kebun. Sekarang eyang mereka itu sedang membersihkan diri di dalam.

Harsa sudah merasa baik-baik saja tadi, tapi Saga tetap melarang nya melakukan sesuatu. Kakak sepupunya itu justru mengawasinya dengan ekstra selama seharian ini.

"MAS!!! LIAT DEH AKU NEMU APAAN!!" Saga dan Yoga menggeleng saat melihat Harsa terlonjak karena teriakan Maven. Setelah kenal seminggu mereka baru tau jika Maven itu serupa dengan Wildhan, sama-sama toa.

"Apa itu?" Maven menunjukan tangannya pada Saga tanpa rasa bersalah.

"Keong mas, nemu di sono tuh." Maven menunjuk salah satu pohon di depan rumah.

"Ya terus mau di apain keong nya? Udah sana balikin." Maven menggeleng.

"Masa di balikin sih mas, mau aku pelihara nih."

"Ven, ayo main keong!" Maven langsung sumringah saat mendengar ucapan Yoga, hal itu berhasil membuat Saga pusing.

"Ya Allah punya adek kok gini banget!" Harsa tertawa kecil mendengar gerutuan Saga.

"Ketawa kamu Sa, pusing aku liat mereka."Harsa hanya mengedikan bahu nya acuh.

"Ya kalau pusing jangan di lihat." Saga melongo mendengar ucapan Harsa.

"Kamu it–"

"MAS HARSA, MAS SAGA AYO MAKAN ICE CREAM. AKU TADI BUAT ICE CREAM LOH!!" Saga semakin merengut saat mendengar teriakan Wildhan dari dalam, sedangkan Harsa sudah beranjak dan bersiap masuk ke dalam.

"Mas Harsa, ayo cobain ice cream buatan ku." Harsa menurut saat Wildhan menarik tangan kanan nya ke arah meja makan.

"Ini rasa apa?" Harsa mengernyit saat melihat warna ice cream hijau di hadapannya.

"Chocomint." Saga yang baru saja masuk ruang makan langsung memasang wajah datar saat mendengar ucapan Wildhan.

"Cobain dulu mas, enak kok. Buktinya Candra sama Yudhis suka." Harsa akhirnya menyendok sedikit ice crem itu dan memakannya. Namun ekspresi Harsa seludah menjelaskan segalanya dan itu membuat Saga tersenyum.

"Gimana mas? Enak kan?" Harsa menggeleng.

"Kayak makan odol." Tawa Saga meledak saat Harsa mengatakan itu.

"Tuh kan Wil, aku bilang juga apa. Chocomint itu rasanya kayak odol." Wildhan cemberut saat Saga merangkul Harsa. Saga mempunyai teman yang juga tidak menyukai chocomint sekarang.

"Rasanya aneh, kalian suka?" Harsa menatap lekat pada Wildhan, Yudhis dan Candra.

"Weh apa nih, mau dong." Belum sempat Harsa mendapat jawaban, Maven sudah masuk dan mencomot ice cream yang sebelumnya di berikan pada Harsa.

"Eh chocomint, siapa yang bikin nih? Enak." Harsa langsung menatap sanksi pada Maven, pemuda itu beranjak dan mendekati Saga.

"Ga, kayaknya mereka aneh deh." Saga kembali tertawa saat Harsa mengatakan itu.

"Emang aneh." Wildhan kembali cemberut saat Saga kembali mangatakan aneh.

"Dih mas Saga sekarang ada temen nya!" Lagi-lagi Saga tertawa.

"Udah lah, aku mau mandi aja." Harsa berlalu meninggalkan sepupunya di ruang makan.

"Habis makan ice cream cepet mandi, nanti kita magriban jama'ah." Semua mengangguk.

"Saga, bisa ngobrol sebentar." Saga mengangguk dan berjalan mendekati Juna.

"Ada apa eyang?" Juna menatap cucu-cucu nya yang lain.

"Kamu betah disini?" Saga mengangguk.

"Bagus deh kalau betah, eyang kemarin liat Harsa ke kamar kamu." Saga mengangguk.

"Harsa cerita apa yang tadi pagi Saga bilang ke eyang." Juna mengangguk.

"Tolong jaga adek-adek nya ya, terutama Harsa. Eyang gak akan rela kalau Harsa balik ke bapak nya." Saga kembali mengangguk.

"Eyang gak usah khawatir, Saga pasti jagain yang lain."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat malam...
Masih nunggu?
Nih aku up lagi...

Selamat membaca dan semoga suka ...

See ya..

–Moon–

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang