18. Persiapa puasa

2K 306 18
                                    


.
.
.
.
.
Sudah tiga minggu Saga dan adik-adiknya tinggal di malang, dan sebentar lagi udah mau masuk bulan puasa, tinggal menghitung hari.

Jadi pagi ini Juna meminta semua cucu nya untuk diam di ruang keluarga karena Juna ingin membicarakan sesuatu.

"Sebentar lagi puasa, ini pertama kali nya kalian puasa di malang kan? Kalian bebas mau ngelakuin apapun, karena eyang tau kalian pasti bosen kalau cuma sekedar diem di rumah." Juna menatap semua cucu nya.

"Saga, gimana soal tawaran eyang kemarin?" Saga terlihat berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk.

"Saga terima eyang, kerja di klinik yang cuma buka dari pagi sampai sore lebih fleksible dari pada Saga nungguin keputusan buat kerja di puskesmas." Juna mengangguk.

"Kalau gitu nanti eyang bilang ke anak temen eyang." Saga mengangguk.

"Wildhan gimana? Jadi mau jualan ice cream di rumah?" Wildhan mengangguk.

"Jadi eyang." Kali ini Juna beralih menatap enam cucu nya yang lain.

"Yudhis, Yoga, Candra, Maven, Jevan sama Harsa yakin mau bantu eyang ngurusin perkebunan aja? Gak mau cari kerja yang sesuai bidang kalian?" Keenam nya menggeleng.

"Gak usah eyang, bantuin eyang aja. Lagi pula kasian kalau cuma Yoga sama mas Harsa aja." Juna kembali mengangguk mendengar ucapan Yudhis.

"Kalau gitu nanti kalian harus nurut sama Yoga." Yang lain mengangguk, tatapan Juna lekat pada Harsa.

"Harsa, sebenarnya eyang mau kamu diem aja di rumah sambil ngawasin adek-adek kamu. Tapi eyang yakin kamu gak akan mau, jadi kamu boleh bantu mereka tapi inget hati-hati dan jaga kesehatan." Harsa hanya mengangguk, dia cukup sadar diri kalau sebenarnya dia tidak terlalu berguna juga di urusan perkebunan kecuali sebagai pekerja kasar.

"Iya eyang."

"Buat hari ini eyang kasih ijin kalian buat keliling malang, hafalin jalan nya. Soalnya orang tua kalian kasih kabar kalau kendaraan kalian sampai besok, jadi Saga sama Jevan yang akan ajak kalian keliling malang." Di saat yang lain bersorak, Harsa hanya bisa menatap sambil tersenyum.

"Kamu juga harus ikut Harsa!" Harsa terkejut saat Juna tiba-tiba mengatakan hal itu.

"Kamu ikut mereka, bantu Saga buat beli pesenan eyang nanti." Harsa hanya mengangguk. Padahal niat nya dia hanya ingin membersihkan rumah di saat yang lain keluar, tapi sepertinya Juna mengetahui niat nya itu.

"Ya udah kalau gitu eyang keluar dulu, ada janji mau ketemu temen."
.
.
.
.
.
Saga diam-diam tersenyum saat melihat Harsa kewalahan mengimbangi energi Wildhan, Yudhis, Maven juga Candra. Harsa hanya pasrah saat empat adiknya itu menariknya kesana kemari, masuk ke dalam toko apapun yang mereka anggap menarik.

"Mas Saga itu gak papa?" Saga menoleh pada Jevan dan mengangguk.

"Gak papa biarin aja, eyang yang nyuruh mereka buat ngajakin Harsa belanja." Jevan mengangguk paham. Memang semalam Juna meminta mereka untuk mengajak Harsa berbelanja kebutuhannya, karena Harsa tidak juga meminta apa yang dia butuhkan.

"Seminggu lalu, aku sempet ngobrol sama mas Harsa." Ucapan Yoga menarik perhatian Saga juga Jevan.

"Apa yang kamu obrolin?" Yoga menatap lekat pada Saga.

"Alasan mas Harsa jarang makan sama kita." Saga mengernyit bingung, begitu juga Jevan.

"Kalian pasti sadar kan mas, kalau mas Harsa jarang makan. Tiap kali di ajak makan atau di tawarin makan pasti jawabannya gak laper." Saga mengangguk, karena memang dia terlalu sering mendengar Harsa mengatakan itu.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang