.
.
.
.
.
Jika boleh jujur Harsa sebenarnya cukup terganggu dengan tingkah Elin padanya, iya Harsa tau jika gadis itu gemas tapi jika hampir setiap saat pipinya di cubit atau tubuhnya di peluk jelas saja Harsa terganggu.Seperti saat ini, Elin tengah memeluk erat lengan nya di hadapan Maven. Padahal gadis itu adalah kekasih Maven, bagaimana jika Maven marah padanya, itu yang Harsa takutkan saat ini.
"Elin maaf, bisa tolong lepaskan lengan saya?" Elin justru memberikan gelengan.
"Sebentar aja lah mas, gemes banget sama mas Harsa soalnya." Harsa hanya bisa menatap Maven dengan tatapan memohon, tapi adiknya itu justru mengalihkan pandangannya.
"Mas Harsa, di panggil eyang. Di ajak ke kebun!" Jevan yang baru saja datang langsung memanggil Harsa dan berhasil membuat Elin melepaskan pelukannya.
"Aku ikut ke kebun boleh?" Maven mengangguk mengiyakan, tidak ada salahnya mengajak Elin ke kebun.
"Ya udah mbak Elin nanti berangkat sama mas Maven aja, aku sama mas Harsa buru-buru." Jevan langsung menarik tangan Harsa untuk pergi dari ruang keluarga.
Harsa hanya ikut kemana Jevan menariknya, bahkan pemuda itu tidak sempat protes saat nafas nya kembali terasa sedikit sesak.
"J-Jevan...hah...be-berhenti..." Jevan yang mendengar nafas ngos-ngosan Harsa langsung berhenti.
"Ya ampun mas, maaf...maaf." Harsa hanya mengangguk sambil sesekali menghembuskan nafas panjang.
"Kamu bohong soal dipanggil eyang ya?" Jevan mengangguk.
"Habis aku gak suka liat mas Harsa di tempeli terus sama pacar nya mas Maven."
.
.
.
.
.
Harsa menghela nafas panjang saat bisa sedikit menjauh dari Elin, pemuda itu bahkan menyibukan diri membantu para pekerja di kebun agar tidak ada kesempatan untuk di dekati oleh Elin.Yoga menghela nafas saat melihat Harsa sibuk mondar mandir sambil mengangkat keranjang-keranjang berisi buah.
"Mas Harsa istirahat dulu mas." Harsa sempat berhenti sebentar saat Yoga menghadang nya, tapi pemuda itu hanya melirik ke arah Maven yang sedang memperhatikan dan mengikuti Elin.
"Udah ya, aku mau lanjut bantuin dulu." Yoga mendengus kesal saat mendengar ucapan Harsa.
"Kenapa Yog?" Yoga melirik ke arah Candra yang baru saja mendekatinya.
"Gak tau, gak usah nanya!" Candra melongo saat mendapati respon galak dari Yoga.
"Galak amat kang keong, pms ya?" Candra bergumam pelan, tidak berani mengatakan dengan suara keras, takut di gaplok sama Yoga.
Candra memilih mendekati Harsa yang baru saja selesai meletakan keranjang buah, Candra mengernyit saat melihat sepupunya itu tampak menarik nafas dalam.
"Mas kenapa?" Harsa menoleh dan menggeleng.
"Gak papa Can, tumben kamu ke kebun?" Candra tersenyum lucu saat Harsa menanyakan itu.
"Gabut mas, di rumah gak ada siapa-siapa. Mas Saga, Yudhis sama Wildhan lagi belanja." Harsa mengangguk paham.
"Ya udah kamu bantuin Yoga sana." Candra spontan menggeleng.
"Gak mau mas, dia lagi galak." Harsa mengernyit bingung.
"Galak gimana?"
"Ya galak mas, kayak macan lepas." Harsa menghela nafas lelah saat mendengar jawaban Candra.
"Ya udah kamu awasi Maven sama pacar nya aja, jangan boleh deketin aku, oke?" Candra mengangguk semangat.
"Oke mas."
.
.
.
.
.
Aruni tidak menyangka jika dia akan bertemu dengan Elin di kebun, padahal niat nya dia hanya ingin membantu eyang Joko dan jika beruntung dia akan bertemu dengan Harsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...