52. Hari ke-24: Berdiskusi

1.7K 257 5
                                    


.
.
.
.
.
Pagi ini Harsa memutuskan bergelung di dalam selimut setelah tau hujan yang turun sejak semalam belum juga berhenti. Harsa bahkan melewatkan sahur nya tadi, karena Harsa malas bangun dari kasur nya.

Cklek

"Mas Harsa." Harsa membuka selimutnya saat mendengar namanya dipanggil.

"Mas Harsa, ayo keluar." Harsa menggeleng saat Yudhis kembali mengajak nya keluar.

"Dingin Yudhis." Cowok tinggi itu langsung duduk di kasur Harsa saat mendengar itu.

"Masa ke depan aja dingin mas." Harsa tidak menjawab dan justru menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Mas Harsa." Yudhis yang memang tidak bisa diam memilih menggelitiki Harsa agar mau di ajak keluar.

"Aduh....Yudhis...berhenti....berhenti..." Harsa dengan cepat menyingkap selimutnya dan menahan tangan Yudhis.

"Yudhis diem, udah sini aja temenin aku tidur." Yudhis tersenyum, akhirnya kata yang dia tunggu dari tadi keluar dari mulut Harsa.

"Oke mas." Harsa menghela nafas saat Yudhis langsung berbaring dan memeluk tubuhnya.

"Yud, Wildhan udah sehat?" Yudhis mengangguk.

"Udah mas, udah bisa ngatain Maven bahkan." Harsa tersenyum lega.

"Yudhis." Yudhis menatap Harsa yang justru tidak sedang menatapnya.

"Kenapa mas? Mau keluar beli jajan? Ayo!" Harsa menggeleng.

"Aku kangen bapak." Yudhis menghela nafas. Mau bagaimana pun Harsa tetap anak kandung Hendra, dan pasti akan ada saat dimana Harsa mengatakan hal ini.

"Bilang aja ke eyang sama om Tara kalau mau ketemu sama bapak mas Harsa." Harsa merengut.

"Gak akan boleh, apa lagi Saga sana Yoga." Yudhis tersenyum.

"Nah itu mas tau kalau akan boleh." Harsa ingin sekali menendang Yudhis sekarang.

"Udah Yudhis diem, aku mau tidur."
.
.
.
.
.
Yudhis mengepalkan tangannya waktu liat ekspresi ketakutan Harsa, tadinya Yudhis lagi asik sama ponselnya waktu denger suara ribut di luar. Harsa juga jadi bangun waktu suara teriakan itu makin kedengeran kenceng.

"Gak usah keluar mas, kita tunggu disini aja. Ada yang lain kok di rumah." Yudhis memeluk tubuh Harsa erat. Jika saja suara itu bukan suara Anggun, Harsa tidak akan setakut ini.

"Kenapa ibuk kesini lagi Yud? Ibuk marah sama aku kan?" Yudhis menggeleng.

"Gak, dia gak ada hak marah sama mas Harsa."

Cklek

Yudhis melihat mama nya masuk ke kamar Harsa.

"Harsa."

Grep

Harsa membalas pelukan Hala erat, seolah dia tengah memeluk sang bunda mencari perlindungan.

"Gak papa, bude, om, tante Kalya sama eyang Juna gak akan biarin ibuk nemuin kamu." Hala mengelus kepala Harsa pelan.

"Ibuk pasti marah sama Harsa ya tante? Dari kemarin ibuk teriak-teriak kalau Harsa anak durhaka." Hala menggeleng dan kembali memeluk Harsa.

"Gak ada yang namanya anak durhaka nak, Harsa gak durhaka tapi bapak aja yang keterlaluan." Harsa tiba-tiba terdiam tanpa membalas ucapan Hala, namun pemuda itu masih membuka matanya.

"Harsa?"

"Harsa!" Yudhis yang melihat kepanikan di wajah ibunya segera menatap ke arah Harsa.

"Mas Harsa."

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang