55. Hari ke-27: Tuduhan

1.5K 252 36
                                    


.
.
.
.
.
Ada banyak hal yang di pikirkan Harsa sejak kemarin, terjadi banyak sekali pertimbangan di kepalanya sejak mendengar ucapan tamu eyang Juna, di tambah ucapan dari om nya.

Harsa menatap layar ponselnya, banyak sekali pesan berisi makian yang masuk ke ponselnya, dan semua itu dari Kania juga Anggun. Ibu dan adik tirinya itu terus saja memaki nya, dan meminta sang ayah di bebaskan.

"Meong."

"Meong." Dua anak kucing berwarna kuning langsung datang ke arah Harsa saat mendengar suara lucu Harsa.

"Cimit, apa aku harus pulang? Tapi kemana?" Harsa bergumam lirih. Beruntung saat ini dia hanya sendirian di rumah, karena eyang Juna melarang nya untuk ikut ke kebun. Harsa sendiri juga tidak masuk kedalam rumah, tetap diam di teras belakang.

"Om gak suka sama aku loh Cimit, tamu nya eyang juga gak suka sama aku. Aku salah apa ya?" Harsa mengelus lembut bulu anak kucing miliknya.

"Bapak juga gak suka sama aku, ibuk juga. Terus siapa yang suka sama aku?" Harsa terus bergumam lirih, mengutarakan apa yang ada di kepalanya pada anak-anak kucing itu.

"Aku boleh capek gak ya nanti? Pingin ketemu bunda, tapi bunda udah jauh."
.
.
.
.
.
Harsa tidak tau sebenarnya kesalahan apa yang pernah dia perbuat di masa lalu, sampai di masa sekarang dia selalu disalahkan karena hal yang tidak dia perbuat.

Harsa yang sebelumnya sedang sibuk bermain bersama anak-anak kucing nya tiba-tiba di panggil dengan kasar oleh om nya, bahkan om nya itu berteriak saat memanggil Harsa.

Harsa menatap om, tante juga beberapa sepupunya yang ada di ruang keluarga. Tidak ada Saga, Tara, Pandu, eyang Juna, Maven atau Yoga, karena mereka sedang ikut eyang Juna mengurus sesuatu.

Harsa tau ada yang salah, terutama saat keempat tante nya membuang pandangan saat Harsa datang, begitu juga sepupu-sepupunya.

"Ada apa om?" Harsa menatap lekat ke arah salah satu om nya.

"Kembalikan dompet saya!" Harsa mengerjap saat dirinya tiba-tiba di tuduh seperti itu.

"Dompet apa om?" Harsa menatap bingung pada om juga yang lain nya, mereka semua diam dan menghindari tatapan Harsa.

"Gak usah belagak sok polos! Udah balikin aja dompet saya!"

"Harsa, nak balikin aja kalau memang kamu yang ambil. Gak baik ambil punya orang nak." Harsa menatap nanar pada Kalya.

"Harsa gak ambil apapun tante, apa yang harus Harsa kembalikan?" Jawaban Harsa ternyata membuat om nya marah.

"Kamu itu udah maling, gak mau ngaku! Apa perlu saya laporkan ke polisi dulu?!" Harsa terkejut saat mendapat bentakan dari om nya.

"Tapi Harsa memang gak ambil apapun om." Harsa mencoba mencari tatapan mata yang percaya padanya , namun nihil, semua memilih mengalihkan pandangan mereka.

"Terus kalau bukan kamu siapa yang ambil dompet saya? Setan? Jelas-jelas yang ada di rumah cuma kamu!" Harsa menggeleng.

"Tapi Harsa beneran gak ambil om, Harsa aja cuma duduk di belakang dari tadi." Harsa tau om nya itu gak akan percaya ucapannya.

"Ck, namanya maling ya gak akan pernah ngaku. Sini kamu!" Harsa terkejut saat tangannya di tarik oleh om nya.

"Mas, gak usah pake kekerasan!" Harsa bisa melihat Hala mencegah suaminya itu melakukan sesuatu.

"Hala diem, anak ini harus di kasih hukuman biar tau mana yang boleh dia lakuin mana yang gak!" Hala tidak bisa lagi mencegah suaminya menghukum Harsa.

"Sini tangan kamu! Jangan berharap saya berhenti sampai kamu ngaku dan kembalikan dompet saya!" Harsa tidak lagi menjawab atau pun mengeluarkan suara, karena dia tau jika suara nya tidak di dengar.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang