.
.
.
.
.
Tidak ada yang tau tentang sadar nya Harsa, semua karena Harsa sendiri yang meminta. Terutama saat mendengar jika eyang dan para orang tua akan pergi ke pengadilan, Harsa jelas tidak ingin merepotkan mereka."Mas Harsa, sarapan dulu." Harsa yang semula sibuk memeluk lengan Yudhis langsung menoleh saat Wildhan memanggilnya.
"Tak suapin ya mas?" Harsa hanya mengangguk, dia tidak ingin membuat Wildhan ngambek hanya karena dia menolak di suapi.
"Gak mau sayurnya tapi." Wildhan mengangguk, dan hanya mengambil kuah dari sayur yang di sediakan rumah sakit.
"Mas Saga kemana?" Harsa kembali bertanya saat tidak menemukan Saga di kamar nya.
"Ketemu dokter nya mas Harsa, nanyain mas Harsa kapan bisa pulang." Harsa hanya mengangguk dan kembali menerima suapan dari Wildhan.
"Mungkin setelah dari pengadilan nanti, semua bakal kesini mas. Riana sama keluarganya juga." Harsa mengernyit saat mendengar ucapan Yudhis.
"Riana? Anak nya bude Nadin?" Yudhis dan Wildhan mengangguk.
"Iya mas." Harsa kembali memeluk lengan Yudhis saat melihat binar bahagia di mata sepupunya itu.
"Yudhis suka ya sama Riana?" Yudhis jelas gelagapan saat Harsa bertanya hal itu.
"A-apa sih mas. Udah gak usah bahas itu." Harsa hanya mengangguk dan memejamkan matanya.
"Loh mas, makan nya belum habis." Harsa menggeleng pelan.
"Udah Wil, aku mual, pusing juga." Wildhan dan Yudhis langsung terlihat khawatir.
"Aku panggilin dokter ya mas?" Namun mereka mendapat gelengan dari Harsa.
"Gak usah, aku gak apa."
.
.
.
.
.
Pandu dan Tara bingung saat Saga tiba-tiba minta di bawakan bakso untuk makan siang, padahal biasanya Saga selalu menolak makan saat menjaga Harsa.Mereka hanya tidak tau jika sebenarnya bakso itu adalah permintaan Harsa, jika saja mereka tau sudah pasti tidak akan kebingungan.
"Sudah bawakan saja, mumpung anak itu mau makan. Sejak Harsa ditemukan Saga sulit buat di suruh makan." Pandu mengangguk dan segera memesankan bakso pesanan Saga.
"Tapi apa gak kebanyakan mereka pesen nya?" Gumaman Tara mengundang helaan nafas panjang dari Pandu.
"Mungkin ada Mala atau Riana di sana."
Pandu dan Tara lagi-lagi di buat kebingungan saat melihat Yudhis ikut berbaring di sebelah Harsa, padahal jelas jika sebelumnya mereka tidak ada yang berani melakukan itu.
"Yudhis kenapa ikutan tidur di situ?" Yudhis hanya tersenyum canggung saat mengetahui pakde dan om nya sudah datang.
"Turun Yud, nanti dimarahin perawat loh kamu. Kam udah di sediain ranjang buat penjaga toh." Yudhis masih tetap tersenyum tapi sama sekali tidak melakukan perintah Tara.
"Om liat tangan Yudhis deh, om tanggung jawab ya kalau mas Harsa ngambek." Tara dan Pandu mengernyit bingung mendengar ucapan Yudhis.
"Maksud kamu apa sih Yud?"
"Harsa udah sadar?" Kali ini Pandu yang bertanya pada Yudhis.
"Harsa udah sadar dari subuh tadi Pi, itu kenapa kita semua kesini." Jawaban Saga yang tiba-tiba membuat Pandu dan Tara tidak percaya.
"Ya kalau papi sama om Tara gak percaya tungguin Harsa bangun aja, tadi dia minta bakso." Pandu menghela nafas sementara Tara berjalan mendekati ranjang Harsa.
"Kenapa kalian gak langsung kabarin yang di rumah toh?" Saga menunjuk Harsa yang masih terlelap.
"Harsa yang ngelarang, kalau gak di larang udah pasti habis subuh Saga kabari papi." Pandu menggeleng heran mendengar itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...