.
.
.
.
.
Saga memilih tetap menatap Harsa yang terlelap di samping nya, setelah kejadian sebelum mereka pulang tadi Saga tau ada yang aneh dengan Harsa.Yudhis juga merasa seperti itu, Harsa terlihat sangat kesakitan tadi. Tapi langsung menolak saat di minta minum obat, bahkan memilih untuk meringkuk di kasur nya.
"Mas Saga." Saga langsung menoleh pada Yudhis yang baru saja membuka suara.
"Kenapa Yud?"
"Mas Harsa beneran gak papa mas? Kok gue khawatir ya." Saga menghela nafas panjang saat mendengar Yudhis mengatakan itu.
"Harsa gak papa, dia bakal baik-baik aja selama gak ketemu atau denger hal yang berhubungan sama ibu tirinya." Yudhis mengernyit bingung.
"Maksud nya mas? Gue bingung deh." Saga memutuskan merubah posisinya menjadi duduk.
"Harsa itu punya trauma sama ibu tirinya, bukan cuma karena pernah hampir di bunuh tapi juga karena beberapa hal lain." Yudhis mengangguk.
"Gue kemarin juga liat mas Harsa ketakutan banget mas, padahal cuma denger suara ibu tiri nya." Saga mengangguk.
"Wanita itu kejam banget ke Harsa Yud, Harsa udah cerita ke aku tapi mungkin kalian harus nunggu waktu buat denger cerita dia yang lain." Yudhis mengangguk paham.
"Mas Harsa gak makan apapun, makan bakso tadi juga cuma sedikit, itu pun di muntahin lagi." Saga tersenyum tipis.
"Nanti kita coba bujuk dia buat makan lagi, sekarang ayo tidur. Nanti masih harus sahur."
.
.
.
.
.
Harsa terbangun saat Saga baru saja akan beranjak dari kasur, pemuda mungil itu sudah merengek saat melihat Saga akan beranjak."Mas Saga~" Saga tersenyum saat mendengar rengekan Harsa.
"Apa? Aku mau sahur dulu, ikut?" Harsa mengangguk. Saga gemas melihat Harsa seperti ini, rasanya benar-benar seperti memiliki adik kecil.
"Tapi ikut makan ya?" Harsa langsung merubah ekspresinya dan menggeleng.
"Gak laper mas." Saga menghela nafas dan kembali duduk di kasur Harsa.
"Sa, gak sakit perut mu?" Harsa menunduk saat Saga menanyakan hal itu.
"Sakit." Harsa bergumam lirih.
"Itu karena kamu gak makan, sebentar lagi udah mau lebaran loh Sa. Kamu gak mau sakit pas lebaran kan?" Harsa menggeleng pelan.
"Gak mau."
"Makanya makan dek, ya?" Harsa kembali menunduk.
"Tapi mual mas, gak bisa makan." Saga menghela nafas panjang.
"Sekarang kamu mau makan apa? Aku buatin biar kamu gak mual." Harsa terdiam sebentar sebelum kembali bergumam pelan.
"Nasi goreng." Saga mengerjap pelan.
"Mau? Aku buatin ya?" Harsa akhirnya mengangguk pelan, hal itu membuat Saga tersenyum lega.
"Ya udah, ayo aku buatin." Harsa hanya menurut saat Saga menarik tangannya untuk beranjak dan keluar kamar.
"Duduk sini." Kehadiran Saga dan Harsa jelas membuat Agni, Hala, Kalya dan Sari yang ada di dapur terkejut.
"Loh kok udah bangun?" Saga tersenyum saat mendengar pertanyaan Sari.
"Harsa ikut sahur ya, mau tante buatin apa?" Harsa menggeleng dan menunduk.
"Kok gitu? Kasihan perutnya loh nak kalau gak di isi." Harsa akhirnya mendongak saat mendengar ucapan Sari. Ibu dari Yoga itu memang paling lembut kalau membujuk Harsa, meskipun tidak berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...