63. Elin vs Aruni

1.4K 245 19
                                    


.
.
.
.
.
Elin di buat penasaran dengan sosok kakak sepupu Maven yang satu lagi, gadis itu benar-benar ingin melihat Harsa secara langsung.

Elin bukan tidak tau bagaimana wajah Harsa, dia pernah melihat sekali wajah Harsa di status wa Maven, dan dia cukup gemas dengan Harsa, jadi Elin ingin memastikan jika Harsa memang semenggemaskan itu atau tidak.

"Elin, ayo makan dulu." Elin hanya mengangguk saat Maven memanggil nya untuk makan.

"Malem cantik." Maven langsung mendelik saat Wildhan menyapa Elin dengan panggilan Cantik.

"Malam juga, kamu Wildhan kan?" Wildhan mengangguk dan tersenyum jahil saat menyadari jika Maven cemburu.

"Iya, seneng banget deh nama ku di inget sama cewek secantik kamu." Wildhan mengerlingkan matanya, menggoda Elin yang pastinya disadari oleh gadis itu.

Plak

"Aduh!"

"Elin pacar ku anjir, gak usah goda-goda!" Wildhan langsung mengaduh saat Maven memukul pundak nya.

"Ya elah Ven, godain dikit aja, gak bakal kurang." Maven semakin mendelik saat Candra justru ikut seperti Wildhan. Sedangkan Elin tidak peduli pada Maven dan memilih membantu Saga juga Yudhis.

"Loh, udah kamu duduk aja sana." Saga langsung menolak halus niat Elin untuk membantu.

"Aduh gak papa mas, dari pada saya pusing liat Maven kayak gitu." Saga tertawa kecil.

"Ya udah tolong bawa ini ke meja ya." Elin mengangguk dan membawa mangkuk berisi ayam kecap ke meja makan.

"Mbk Elin, putusin aja udah mas Maven nya. Kayak bocil gitu, berantem mulu." Elin menatap Jevan yang baru saja menyiram bensin ke api emosi Maven.

"Heh apaan?!" Elin berdecak kesal.

Plak

"Udah diem napa Ven, ribut mulu. Duduk!" Maven merengut dan menuruti Elin untuk duduk di kursinya. Sedangkan sepupunya yang lain sudah menahan tawa mereka.

"Sakit loh yang." Elin memasang wajah jijik saat Maven memanggilnya yang.

"Yang yang yang, pala lo peyang!"
.
.
.
.
.
"Mas Saga~" Saga yang baru saja selesai makan langsung bangkit dari duduk nya saat mendengar suara lirih Harsa.

"Mas mau kemana?" Maven yang bingung dengan tingkah Saga akhirnya bertanya.

"Sebentar, kalian lanjutin aja makan nya." Maven menatap yang lain saat Saga sudah menghilang dari dapur.

"Mas Saga di panggil mas Harsa tadi, gak denger kamu?" Maven mengerjap sambil menggeleng.

"Mas Harsa manggil?" Maven mendapat anggukan dari sepupu-sepupunya.

"Duh, mas Harsa marah sama aku gak ya karna aku tinggal tadi?" Maven terlihat panik saat ingat jika dirinya meninggalkan Harsa saat tidur tadi.

"Harsa itu sepupu kamu yang kemarin kamu pasang di status kan?" Maven menatap ke arah Elin dan mengangguk.

"Iya kakak sepupu ku." Elin mengangguk.

"Ya kalau kamu takut dia marah sana minta maaf, malah bengong di sini kayak monyet ilang." Ucapan Elin membuat yang lain menahan tawanya, sedangkan Maven sudah terlalu biasa mendengar ucapan Elin yang seperti itu.

Maven langsung bangkit, karena memang dia juga sudah selesai makan, yang lain juga begitu. Tinggal Candra yang harus mencuci semua bekas makan mereka karena memang ini gilirannya piket.

"Loh, mas Harsa kok tiduran disini?" Maven kira Saga akan menemani Harsa di kamarnya tapi ternyata malah di sofa ruang keluarga.

"Bosen di kamar." Saga yang tengah memainkan rambut Harsa langsung mencibir.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang