58. Hari H: Harapan baru

1.5K 263 27
                                    


.
.
.
.
.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha illallah Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd

Allahu Akbar Kabiran, wal Hamdu Lillahi Katsira, wa Subhanallahi Bukratan wa Ashilan, La Ilaha illallah wa La Na’budu Illa Iyyahu Mukhlishina Lahuddina Walau Karihal Kafirun. La ilaha illallah Wahdah, Shadaqa Wa’dah wa Nashara ‘Abdah, wa Hazamal Ahzaba Wahdah. La ilaha illallah.

Gema takbir terus berkumandang sejak semalam, semua anggota keluarga Bratadikara juga sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang sibuk menyapu halaman, padahal hari masih subuh, ada juga yang sibuk membantu ibu mereka menyiapkan makanan.

Saga sebenarnya ingin membantu, tapi tangannya masih di dekap erat oleh Harsa. Sepupunya itu tiba-tiba demam dan tidak mau di tinggal oleh Saga.

Cklek

"Masih demam Ga?" Saga melihat Pandu yang baru saja masuk ke kamar Harsa.

"Udah gak pi, tapi takutnya nanti naik lagi." Pandu tersenyum melihat bagaimana Saga perhatian pada Harsa.

Pandu terlalu hafal dengan putra tunggal nya yang selalu tidak ingin menjadi seorang kakak, bahkan meskipun dulu Wildhan selalu menempeli Saga, tapi Saga tetap tidak sepengertian ini.

"Ya udah nanti awasi aja, sekarang bangunin aja dulu. Tanyain mau ikut sholat apa gak." Saga mengangguk dan membiarkan Pandu keluar dari kamar Harsa.

"Harsa, ayo bangun." Harsa yang memang pada dasarnya tidak tidur terlalu lelap langsung terbangun.

"Masih pusing dek?" Harsa hanya mengerjap dan mengangguk kecil.

"Tapi gak kayak kemarin, aku gak papa mas." Saga tersenyum saat mendengar jawaban Harsa.

"Ya udah, mau ikut sholat?" Harsa mengangguk kecil.

"Ikut, masa aku gak ikut." Saga kembali tersenyum dan bangkit dari kasur Harsa.

"Mandi air anget Sa." Harsa hanya mengangguk dan bergegas ke kamar mandi.

"Nanti berangkat sama aku aja."
.
.
.
.
.
Setelah bertahun-tahun, baru kali ini Harsa kembali merasakan suasana lebaran dengan keluarga, dulu sekali hanya ada dia dan sang bunda karena sang ayah akan merayakan lebaran di rumah Anggun.

Harsa melihat bagaimana sepupu-sepupunya saling meminta maaf pada orang tua mereka, Harsa juga sudah melakukan nya pada eyang Juna. Harsa hanya sedikit ragu untuk mendekati sepupu-sepupunya, ada rasa enggan dan iri di hati nya.

"Harsa, minal aidzin wal faidzin ya, aku minta maaf kalau ada salah yang aku lakuin ke kamu, entah secara sadar atau tidak." Harsa langsung menggeleng.

"Minal aidzin wal faidzin juga mas, maaf kalau aku sering bikin mas Saga repot selama ini." Saga hanya tertawa kecil saat mendengar suara lirih Harsa.

"Mas Harsa, maafin aku yo, soal e aku sering ngeselin. Nanti cobain chocomint buatan ku lagi yo!" Harsa yang semula mengangguk langsung beralih menjauhi Wildhan dan mendekati Saga.

"Gak mau makan ice cream odol lagi!"

Semua yang ada disana tertawa saat melihat tingkah Harsa, mereka semua lega saat melihat Harsa seperti itu.

"Mas Harsa, mas Saga, maafin gue ya. Mungkin tanpa sadar tingkah gue bikin kalian pusing." Saga dan Harsa tersenyum saat Yudhis mendekati mereka.

"Maafin kita juga ya, mungkin tanpa sadar aku atau Harsa bikin kalian semua kesel." Ucapan Saga mendapat anggukan dari adik-adiknya.

Grep

"Mas Harsa, maafin aku yo, soalnya Kui, Tinuk tinuk, Cimit sama Ning nong lebih seneng nyusain sampean." Harsa tersenyum dan menggeleng.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang