.
.
.
.
.
Pemuda berwajah datar itu hanya menatap datar pada sang ayah yang tiba-tiba memanggilnya ke ruangan miliknya, padahal ini masih jam kerja nya. Padahal biasanya sang ayah tidak akan mau berbicara masalah pribadi di jam kerja, tidak profesional katanya."Ada apa?" Tara menatap wajah putra tunggalnya lekat.
"Minggu depan kita akan ke malang, ke rumah eyang." Alis pemuda itu menekuk, dia cukup bingung dengan ucapan ayahnya.
"Terus? Tumben papa mau bahas masalah gitu di kantor?" Tara mendengus.
"Kalau gak sekarang kamu pasti punya alasan buat gak dengerin papa, Yogaswara." Yoga, merengut kesal.
"Lagian kenapa kita harus ke rumah eyang? Puasa masih sebulan lagi pa, apa lagi lebaran!" Tara menggeleng, kenapa sifat keras kepala istrinya bisa menurun seratus persen pada Yoga.
"Eyang pingin kalian tinggal disana, jadi mulai minggu depan kamu gak akan kerja di perusahaan ini lagi, tapi bantu eyang ngurus bisnisnya di malang." Yoga jelas terkejut mendengar hal itu.
"Ini beneran Yoga harus tinggal di malang? Sendirian cuma sama eyang?" Tara menggeleng.
"Ada sepupu-sepupu kamu yang lain, tapi karena mereka punya pekerjaan masing-masing yang bisa di bawa ke sana, jadi nanti kamu yang bantu eyang urus semuanya." Yoga tidak bisa langi menyela ucapan sang papa.
"Yudhis ikut kan pa?" Tara mengangguk, semalam saudara kembarnya sudah memberi kabar jika Yudhis setuju tinggal disana.
"Yoga oke kalau Yudhis ikut." Tara tersenyum, meskipun sering terlihat tidak akur namun nyatanya Yoga sangat bergantung pada Yudhis.
"Yoga, bisa papa titip sesuatu sama kamu saat disana nanti?" Yoga menatap Tara bingung, namun kemudian mengangguk.
"Titip apa? Memang papa sama mama gak ikut kesana?" Tara tersenyum tipis.
"Ikut, papa cuma mau titip pesen sama kamu." Yoga menatap lekat pada sang pandu.
"Apa pa?"
"Kamu tau kan papa punya tiga kakak perempuan dan empat adik perempuan?" Yoga mengangguk.
"Nanti kalau seandainya anak dari kakak kedua papa datang, tolong awasi dia. Apa pun yang dia lakukan, apapun yang terjadi sama dia, kamu harus cerita ke papa, bisa?" Yoga mengernyit.
"Anak dari kakak kedua nya papa?" Tara mengangguk.
"Kenapa Yoga harus ngawasin dan ngejaga dia? Papa nyuruh Yoga jaga dia diam-diam kan?" Tara tersenyum, putranya itu selalu cepat paham dengan maksudnya.
"Iya, kamu selalu paham sama maksud papa." Yoga tetap bingung.
"Ya tapi kenapa Yoga harus jaga dia? Seharusnya dia kakak sepupu Yoga kan?" Tara mengangguk kecil.
"Memang, tapi ada hal yang nanti pasti kamu tau sendiri disana. Papa punya kewajiban buat jaga semua saudara-saudara papa, termasuk anak-anak nya. Dan kenapa papa minta kamu jaga dia diam-diam, karena dia satu-satunya peninggalan dari kakak kedua papa." Yoga langsung terdiam, dia lupa jika sang papa pernah mengatakan jika kakak keduanya sudah meninggal.
"Yoga mau lihat dulu, dia kayak gimana dan kenapa Yoga harus jaga dia." Tara mengangguk.
"Ya, kamu bisa nilai sendiri nanti."
.
.
.
.
.
Aksa YogaswaraNamanya punya arti anak laki-laki tenang yang bisa mengumpulkan suara. Sama seperti sikap nya kalau sedang normal, Yoga akan menjadi anak yang sangat tenang dan bijak. Namun berbeda jika Yoga sedang dalam mode tidak normal, Yoga selalu bisa membuat orang lain menggelengkan kepala.
Yoga adalah cucu dari satu-satunya anak laki-laki Arjuna, hal itu membuat Yoga sedikit di manja saat pulang ke rumah sang eyang. Namun hal itu justru membuat Yoga sedikit tidak suka, karena dia di perlakukan seperti anak kecil.
Yoga sangat bersyukur saat salah satu sepupunya datang dan membuat perhatian semua orang terfokus padanya, hal itu dimanfaatkan Yoga untuk menempel pada Yudhis. Terlalu bahagia dengan kehadiran sepupunya itu, sampai akhirnya dia sadar jika dia punya kewajiban menjaga salah satu nya.
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.Aksa Yogaswara
- 24 tahun
- Cucu ketiga
- Judes parah
- Semua pernah kena marahnya dia, kecuali Saga sama Harsa. Takut durhaka katanya
- Udah sering ketemu Yudhis makanya gak canggung
- Anak jakarta, meskipun lahirnya di malang
- Suka usil tiba-tiba, apa lagi pas ada temennya macem Wildhan, Candra sama Maven
- Suka mager kalau di suruh beres-beres rumah"Yud, kita lagi di malang. Bahasa lo-gue nya tinggalin dulu, gak cocok njir!"
"Minggu kemarin kita baru bersih-bersih loh mas, masa sekarang kita bersih-bersih lagi sih?"
"Mas Harsa, aku mau jajan ke depan, mau nitip apa?"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratadikara's house
FanfictionKarena perintah eyang, mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu akhirnya bertemu dan berkumpul di malang. Meninggalkan segala kenyamanan rumah mereka, hanya untuk mengenal satu sama lain. Sagara yang Dewasa. Harsa yang terlalu sulit di dekati. Yu...