Rasa 6

331 17 14
                                    

Bab ini dipublikasikan pada 15 Maret 2023

.
.
.

TERULANG KEMBALI

.
.
.

Setelah kami menghabiskan waktu di rumah pak Yasman, waktunya harus melanjutkan tujuan yang sudah bapak sebutkan sebelumnya yaitu ke pancer.

Pancer adalah salah satu pantai di Pacitan namun aku tidak tahu sejarah pantai itu bagaimana. Yang jelas aku sudah beberapa kali datang kesana.  Tempatnya memang sudah dibangun dengan kreatifitas tangan manusia. Namun keasriannya masih terlihat dan menawan. Apalagi jika dipotret dari ketinggian.

.

Setelah meninggalkan rumah pak Yasman, bapak nyetir lebih berani lagi. Entah karena apa. Namun kali ini, kelihatan sekali perbedaannya di awal awal.  Bahkan dia sudah berani menengok ke arahku walaupun hanya sekilas dan tetap memegang setir dengan dua tangan.

Jam menunjukkan tepat pukul empat sore.  Matahari condong di arah barat berwarna kuning wortel.

Full seharian bener bener cerah dan tidak mengkhawatirkan bagi orang orang yang sekarang lagi panen padi karena panasnya bikin padi cepet kering dan bisa segera diolah.

.

Aku juga tidak mengira kalau bapak sudah hafal dengan jalan ke pancer.  Lagian, bapak juga tidak pernah ke pantai bersamaku.

.

Supaya tidak membuat kekhawatiran ibuku, aku mengirim beberapa foto perjalanan dan plang nama daerah.  Ibuku menanggapi dengan emoji 🙄. Bukan maksudku pamer, tapi kalau dia tidak dikirimi gambar bukti, biasanya sampai rumah langsung di interogasi.

Bapak yang lagi capek terus diintrogasi, biasanya akan menimbulkan debat lama dan aku tidak nyaman mendengar hal itu.

Jujur saja, aku sering mendapati mereka berdebat dan menjadi panjang.  Entah apa masalah utama dan akarnya, tapi perdebatan mereka kadang membawa namaku ke dalamnya.

Jika mereka berlama lama dalam berdebat, biasanya aku menatap tajam ke salah satu dari mereka tanpa berkedip.  Atau memukul meja dengan hp sambil menatap mereka berdua.

Hal itu membuat perdebatan menjadi reda dan tidak dilanjutkan lagi.

Memang hal itu terasa tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi.  Aku paling tidak suka melihat atau mendengar orang berdebat.

Kalau aku yang kena semprot, paling langsung pulang dan tidak balik selama beberapa Minggu.  Kalau sudah begitu, biasanya bapak akan menelpon dan minta maaf.

Jangan dicontoh ya.🤭

.
.

👲🏻Emang, kenal pak Yasman darimana?

Tanyaku pada bapak saat kami mulai mengobrol lagi. Bapak tidak langsung menjawab dan terlihat berfikir sejenak.

👨🏻Kamu ingat ceritaku dulu kan?

Bapak berbalik tanya.

👲🏻Cerita apa?

👨🏻Ya, cerita pas aku masih merantau terus kenal sama orang yang punya rasa suka dengan k****l.😁

Bapak menyebut dengan jelas tanpa diperpelan ataupun diibaratkan.

👲🏻Eh... Bapak Iss...

👨🏻😁
👨🏻Kenapa?

👲🏻Nggak enak banget di dengar tau..

👨🏻😁

👲🏻Emang apa hubungannya sama pak Yasman?

DUA NAMA S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang