Rasa 10

248 16 69
                                    

Bab ini dipublikasikan pada 21 April 2023

.
.
.

SEKAMAR DENGAN ORANG LAIN

.
.
.

Masih anget, cerita baru tadi malam.

Aku fikir, beberapa hari sebelum lebaran adalah hari dimana aku akan libur dan tidak memiliki cerita yang bagus.

Kenyataannya, hari Kamis sebelum lebaran, aku mendapati sebuah kejadian yang tidak mengenakkan hati lagi saat aku pergi kerumah mas Agus.

Aku tidak mau cerita panjang lebar, intinya, hari itu aku pengen berkunjung kerumahnya.

Sebelumnya, di siang hari aku sudah menelponnya dan mengatakan kalau hendak kesana. Tapi sore harinya aku dimintai tolong oleh pakde untuk mengantar Makde ke desa sebelah Karena ada urusan sedikit.

Kupikir Makde akan berada disana sampai malam. Makanya aku telepon lagi untuk memberitahukan jika aku tidak jadi ke rumah mas Agus.

Ia menerima dengan santai. Kalaupun sebelum lebaran tidak bisa datang kesana, aku pasti akan menyempatkan untuk berkunjung saat lebaran beberapa hari nanti.

Namun, ternyata Makde hanya mengantarkan sesuatu kesana dan tidak sampai waktu berbuka.

Sampai akhirnya, aku merubah lagi keputusanku untuk datang kerumah mas Agus setelah tarawih nanti. Namun, aku tidak bilang kalau keputusanku berubah karena aku sudah tahu dia pasti ada dirumah.

Sampai akhirnya, setelah tarawih, aku pamit ke orangtua untuk mengunjungi mas Agus sebelum lebaran nanti.

Walau bagaimanapun juga, mas Agus usianya lebih tua daripada aku. Sudah jadi kewajiban ku untuk datang kerumahnya terlebih dahulu sebelum lebaran tiba.

Aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh bapak dan ibu dikala aku pamitan. Namun, mereka langsung mengizinkan tanpa ada pertanyaan yang serius. Mereka hanya berkomentar kalau aku selalu mendadak jika ingin pergi.

Singkat cerita, Akupun sampai dirumahnya dengan hati yang berdegup karena datang diam diam tanpa sepengetahuan dia.

Namun, yang kulihat lebih membuat aku berdegup lagi karena ada satu motor Honda Vario 125 lama yang terparkir di halaman pojok seakan akan disembunyikan. Padahal jika aku yang datang tidak perlu sampai memojokkan motor segala.

Saat kuperhatikan, jelas terlihat Honda Vario 125 warna hitam tanpa stripping dengan velg warna putih. Di kepala bagian atas speedometer ada stiker Doraemon dan helm yang tersangkut di spion berwarna merah marun.

Aku tahu pemiliknya dan bahkan mengenalnya. Dia adalah Heris, anak yang kerja di toko bagian malam hari.

Anak itu cukup tampan. Gayanya juga kekinian dan paham soal estetika.

Dalam hatiku berkata, Oalah, si Heris. Kok dia datang kesini? Pikiranku pun tenang karena bukan Kris yang datang dan jadi sasaran emosiku.

Kalau kalau yang disana adalah Kris dan sampai menyembunyikan motor, sudah pasti aku menelpon pak Surya walaupun mengganggu waktu istirahatnya sekalipun.

Aku sadar, hanya pak Surya yang bisa menandingi ukuran badan Kris dan bisa kumintai tolong tentang semua ini.

Aku raba bagian mesin ternyata masih agak panas. Berarti dia datang belum lama. Tapi kenapa mas Agus tidak membuka pintu?

Dia pasti mendengar suara motor masuk kalau sedang ada di ruangan selain kamar dia yang kedap itu.

Apa mungkin Heris mau beralih ke pabrik sehingga harus ada pelatihan di belakang rumah dia? Akupun muter ke belakang rumah untuk melihat keadaan.

DUA NAMA S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang