Rasa 16

282 20 14
                                    

Bab ini dipublikasikan pada 18 Mei 2023

.
.
.

LAGI LAGI TERULANG

.
.
.

Setelah sibuk membuat cerita yang kemarin, sekarang aku jadi tambah kerjaan karena cerita aslinya nggak sengaja terhapus. Padahal sudah sekitar 2000 kata lebih.

Mungkin karena kuwalat dengan cerita kemarin sih.

🤭

Tapi, ya sudahlah.  Untung saja catatan yang kusimpan masih aman.  Untung juga aku pakai 2 hp.  Jadi nggak terlalu ribet untuk pindah pindah aplikasi.

Aku bisa membayangkan betapa ribetnya kalau pakai satu hp untuk membuat cerita plus mencatat kejadian inti.  Udah enak enak nulis harus pindah aplikasi dulu untuk lihat catatan.

Tapi kuwalat yang kudapat nggak cuma itu sih.

Setelah upload cerita, paginya kan aku buka wattpad untuk lihat notifikasi atau informasi baru.  Ternyata akun wattpad ku logout sendiri, nggak tau sebabnya apa.

Aku coba masuk lagi pakai email, malah gagal dan tidak diterima login.  Padahal seharunya sudah bisa masuk otomatis.

Akhirnya aku coba daftar manual sambil mengingat ingat username dan password.  Percobaan pertama, gagal.  Kedua, gagal, ketiga, baru bisa.  Kegagalan terjadi karena aku agak agak lupa sama sandi masuk.

Untung saja.😁

.
.
.

Kembali ke malam hari, dimana aku dan bapak selesai makan dan duduk berdua di ruang tamu.

Besoknya adalah 1 mei 2023 dimana aku sudah kerja dengan normal dan sepertinya tidak ada hari khusus lagi.

Mas Agus juga sedang menemani bapaknya di RS karena sakit panas dan harus dirawat lebih lanjut.

Katanya, awal sebelum dia sakit, adiknya mas Agus yang sudah berkeluarga sedang ribut dengan istrinya sehingga dia kepikiran dan jatuh sakit.

Sama seperti bapakku,  bapaknya mas Agus juga menganggap anak keduanya adalah anak kesayangan yang tidak pengen jika terjadi suatu hal yang tidak mengenakkan.

Perdebatan itu membuat pak Sayid (bapak mas Agus) terpaksa ikutan melerai.  Tapi justru agak bertentangan dengan adiknya itu.  Terpaksalah mas Agus berkata keras dan bernada tinggi untuk memperingati adiknya supaya lebih bijak dalam berumahtangga dan tidak membebani istrinya sendiri.

Sampai kapanpun, pak Sayid tetap memanjakan anak keduanya itu walaupun sudah berkeluarga sehingga tidak bisa hidup lebih mandiri.  Dia juga tidak pernah berkata tegas.  Apapun yang dilakukan anak keduanya, ia terus terusan mengalah.

Hal itu sering membuat mas Agus sebagai anak pertama jadi naik darah dan sesekali menasihati dengan nada tinggi.

Oh iya..

Sebelumnya aku sudah menceritakan soal adik mas Agus. Tapi saat itu aku belum tahu pasti apakah adik kandungnya yang laki laki atau yang perempuan.

Aku baru tahu setelah cerita itu kutulis sehingga disini aku mau mengkonfirmasi bahwa mas Agus memiliki adik laki laki yang sekarang sudah menikah itu.

.

Disitulah keluarga itu jadi memanas dan mas Agus berada disana dengan amarah yang belum juga reda.  Hal itu membuat bapaknya jadi khawatir dengan perdebatan antar anak dan akhirnya jatuh sakit.

Semoga saja pak Sayid tidak lemah lagi dan keluarga itu membaik.  Jika ada yang egois, semoga hatinya terketuk untuk saling memahami.

Masalahnya, aku juga sempat merasakan bagaimana rasanya keluarga terpecah, konflik saudara, berdiaman dengan keluarga, bahkan minggat.

DUA NAMA S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang