Rasa 70

244 12 8
                                    

Bab ini dipublikasikan pada 30 Januari 2024

🔸
🔸
🔸

SEGALA RASA - END

🔸
🔸
🔸



Kilauan cahaya matahari telah membangunkan aku di hari Minggu dengan beberapa suara dari luar rumah yang menggangguku.

Nampaknya ada yang sedang memotong kayu dirumah tetangga menggunakan gergaji mesin yang sangat berisik itu hingga membangunkan aku.

Aku tertidur di depan tv karena hampir semalaman main game di situ dan mengantuk tak tertahankan sehingga terlelap hingga jam segini baru bangun.

Rasa malas mulai menguasai diri ini.  Apalagi setelah mengingat tumpukan cucian, halaman kotor, dan lain sebagainya karena aku sampai sekarang masih saja sendirian.

Perlahan aku menggerakkan badan untuk segera membersihkan badan dan membereskan semua pekerjaan yang sebenarnya bisa aku selesaikan kemarin.  Tapi karena agak malas dan menunda pekerjaan, kini aku harus bekerja berlapis lapis.

Seperti yang kita ketahui, saat sendiri dirumah, kita akan menjadi lebih sibuk kalau suka menunda pekerjaan.  Walau satu piring kotor pun kalau nggak segera dicuci pasti bakalan menambahkan kesibukan karena nggak ada yang

Aku memang mudah melakukan dan menyelesaikannya. Tapi kalau rasa malas ini keterusan bakalan jadi repot nanti.😑

Hari ini adalah Minggu 14 Januari, makanya aku nggak masuk kerja.

Alasanku tadi malam main game sampai pagi adalah karena mas Agus yang tiba tiba marah tanpa alasan hingga bikin aku bingung.  Bahkan aku nggak nyadar udah melakukan apa hari itu.

Semua itu bermula sejak hari Sabtu di toko.  Saat aku sendirian karena ditinggal temanku merestok barang barang ke gudang atas,  ia tiba tiba menyalahkan aku yang tidak segera membuang sampah dan memang sudah menumpuk.

Tapi sampah itu pun sebenarnya selalu aku buang ke tempat akhir kalau udah waktunya pulang.  Lagian kurasa juga belum penuh.

👮🏻‍♂️🔸Gimana sih kamu ini? Sampah itu kalau udah penuh dibuang.😒
👮🏻‍♂️🔸Mau nunggu sampai dibuat rumah lalat?😒

Omelnya sambil memperhatikan tempat sampah.

Aku tidak tahu penyebabnya apa.  Tapi karena ini ada di toko, aku pun mengalah saja tanpa berkomentar dan langsung membuang sampah itu ke tempat pembuangan akhir.  Tapi jujur saja hatiku bertanya tanya mengapa dia jadi seperti itu cara menegurnya?

Bahkan, saat ia kembali ke pabrik lagi, tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Diperparah lagi dengan kedatangannya pak Surya yang marah marah lagi karena penjualan Minggu ini menurun.  Dan saat itu juga aku lagi sendiri di toko karena temanku lagi mengurus perbelanjaan dari developer.

Pak Surya nampak stress sekali dengan raut yang menakutkan hingga aku nggak berani bertanya ataupun mengatakan sesuatu.

Tapi perasaan Minggu ini penjualannya baik baik aja.  Nggak ada yang menurun dari segi peralatan maupun kebutuhan sehari hari.  Mungkin yang dimaksud dia adalah penjualan pupuk.

Apalagi sekarang cuaca lagi nggak menentu sehingga orang orang akan ragu untuk membeli pupuk buat tanaman.

Hal yang sama juga dilakukan oleh pak Surya yang pergi begitu saja tanpa pamit sama sekali.  Padahal biasanya dia pamitan dengan humoris dan selalu bikin ketawa.

Seserius itu kah keanjlokan yang dialami?☹️

Sore hari ketika aku pulang dari toko dan tiba dirumah, aku langsung menelpon mas Agus hingga 4 kali baru diangkat olehnya.

DUA NAMA S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang