Rasa 36

169 17 7
                                    

Bab ini dipublikasikan pada 8 Agustus 2023

🔸
🔸
🔸

KENAPA AKU, PAKDE, DAN BAPAK BISA SAKIT?

🔸
🔸
🔸

Senin 24 Juli aku pulang ke rumahku sendiri karena badanku tiba tiba panas dan tenggorokanku tidak nyaman.  Hidungku juga tersumbat.  Aku pengen segera mengistirahatkan badan kalau sampai rumah.

Tapi sesampainya di dekat rumah,  tetanggaku yang paling dekat kok pasang tenda?  Ada apa disana?

Setelah bersiap siap dirumah dan ditemui oleh tetangga yang satunya,  ternyata Mbah Jaitun meninggal beberapa jam yang lalu.

Mbah Jaitun adalah nenek tua yang tinggal bersama anaknya di samping rumahku itu.  Anak cucunya juga sangat baik padaku dan tak jarang berbagi makanan kalau ada acara di rumah mereka.

Mbah Jaitun sendiri memang sudah berumur seratus tahun lebih dan sudah memasuki fase dimana otak tidak merespon sekitar dan apa yang dia lakukan hanyalah menurut filing, bukan menyesuaikan keadaan sekitar.

Maksudku, kalaupun dia pengen buang air, pengen tidur, pengen nyanyi, pengen jalan, dan apapun itu, bisa dia lakukan dimanapun ia berada.  Hal itu sudah dimai sejak tahun 2020 lalu.  Makanya dia diusahakan terus ada yang menjaga supaya tidak lalai dan hilang.

Karena dia pernah hilang dari rumah dan berjalan sekitar 1 km ke arah hutan pada malam hari.  Untung saja masih ditemukan oleh orang yang sedang lewat di jalan hutan itu dan dengan baik hati mengantar Mbah Jaitun pulang.

🔸

Menurut tetangga yang satunya,  mbah Jaitun kemarin jatuh ke lantai gara gara mengusir ayam yang masuk ke rumah.  Bahkan hari itu dia nampak normal seperti dahulu.  Merespon pertanyaan dengan baik, melakukan aktifitas dengan baik, tidur, dan juga makan sebagaimana normalnya manusia sehat.

Tapi, karena jatuh ke lantai dan kepalanya membentur kerangka pintu, akhirnya dia tidak sadarkan diri dan dibawa ke RS.

Hari ini, pukul 1 siang, mbah Jaitun pun berpulang.

🔸

Akhirnya niatku istirahat pun ku tunda dulu dan menuju ke rumah tetanggaku itu lalu berada disitu sampai malam, lebih tepatnya beberapa jam setelah tahlilan pertama.

Bapak dan ibuku juga datang dan sempat mandi di tempatku namun aku tetap berada di rumah tetanggaku itu karena yang melayat masih banyak dan aku harus bantu bantu.  Bahkan, karena dekat dengan rumahku, pak Surya dan mas Agus juga datang.

Jam 1 malam aku baru bener bener siapan dan bisa istirahat dengan tenang.

Tapi malam itu aku malah tidak bisa tidur.  Melak melik sampai jam 3.  Kepalaku terasa berat dan dadaku sesak seperti sedang ada yang menindih.  Hidungku juga terasa panas saat aku bernafas.

Aku juga sempat meminum seduhan jahe, teh hangat, dan mengoles minyak angin ke badan.  Setelah itu aku berusaha untuk tidur.

Mungkin besok aku akan kerumah tetangga kalau tahlilan saja karena biasanya tugas tugas di siang hari sudah diselesaikan oleh para ibu ibu.

🔸

Bukannya bisa tidur, aku malah merasa lebih nggak nyaman lagi.  Mata terasa sakit, kepala nyut-nyutan, disertai badanku yang terasa panas tapi kedinginan.

Ditambah lagi, kalau menelan makanan sakit di tenggorokan sehingga aku hanya menggunakan Energen dan susu untuk isi perut malam menjelang pagi itu.

Bisa tidur sekitar satu jam, tapi begitu bangun badanku sudah nggak kerasa badan lagi.  Semuanya sakit.  Bahkan mau gerak saja rasanya tidak nyaman.

DUA NAMA S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang