06||Sisi lain Seina

124 32 1
                                    

"Mau pulang sendiri? ya sudah terserah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau pulang sendiri? ya sudah terserah." Alzam berteriak

Seina berlari tanpa menghiraukan ucapan Alzam

Melihat itu Alzam memutuskan untuk mengikuti Seina dari kejauhan, takut terjadi sesuatu dijalan, walau bagaimanapun kondisi Seina itu kerena dirinya

"Kenapa harus membentak segala sih?" lirih Seina

Seina duduk dibangku halte dengan wajah memerah akibat menangis, bahkan air matanya terus saja mengalir

Alzam memperhatikan Seina. Ia heran kenapa hanya di bentak sedikit jadi menangis

'Lebay banget sih di bentak dikit aja nangis sampe segitunya?' batinnya

"Ini bus kenapa ga muncul sih bikin kesel aja." gerutu Seina

Akhirnya Seina memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki, karena mau pesen ojol pun belum membeli hp baru

Saat diperjalanan Seina dihadang oleh dua preman berwajah sangat, banyak tato diwajahnya

"Neng cantik mau kemana? sendiri aja, mau kita temenin nggak?" goda salah satu preman

"Temenin abang aja yuk." timpal preman lain

Seina ketakutan tapi tetap bersikap tenang

"Maaf permisi." Seina pergi melewati preman itu begitu saja tanpa menghiraukan ucapan mereka

"Mau kemana neng buru-buru amat." tiba-tiba tangan Seina dicekal

"Lepasin! saya mau pulang." teriaknya mencoba melepaskan cekal

"Ayo ikut kita berdua kesana."

"Ogah banget ikut kalian." tolak gadis itu

"Berani banget nolak kita." dua preman itu menarik paksa Seina

"Lepasin aku, kalo ngga kalian bakal aku habisin." ujar Seina

'bwaaahahahha'  preman itu mentertawakan Seina

"Coba aja kalau bisa." mereka meremehkan

Sedetik kemudian Seina menepis bahkan memukul perut preman-preman itu

"Ayo siapa takut." tantang Seina memasang kuda-kuda

"Nantangin nih bocah, lo itu masih kecil jangan sok berani, nanti kena pukul nangis."

"Jangan remehkan aku, kalian gatau aja siapa aku! kalo ga berani bilang aja." Seina yang sudah kesal langsung memukul perut mereka

"Aww." rintih preman memegang perutnya kemudian mereka mendekati Seina

"Lo yang mulai nantang dasar bocah." ujar kedua preman

Seina bersikap tenang karena dia menguasai ilmu bela diri pencak silat

Saat kecil Seina belajar silat dari almarhum kakeknya, yang memang ingin mewariskan ilmu bela diri itu pada cucu satu-satunya.
Kakek Seina adalah Guru ilmu bela diri pencak silat dan sebelum kakek meninggal dia memiliki sekolah bela diri pencak silat. Tapi setelah kakek meninggal, sekolah tersebut bubar alasannya tidak ada yang meneruskan.
Seina yang saat itu masih kecil belum bisa meneruskan padahal dia sudah menguasai ilmu tersebut.

ALZSEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang