39||Alzam yang sama

48 8 1
                                    

"Bunda kenal dengan nama Alzam tapi nama Alzam ada banyak, mungkin kebetulan saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunda kenal dengan nama Alzam tapi nama Alzam ada banyak, mungkin kebetulan saja." kata Bunda

"Gimana kalau memang itu Alzam yang Bunda kenal?" Bram bertanya

Bunda tersenyum. "Kalau benar Bunda sangat setuju menjadikan dia menantu tapi kalau pun bukan, jika menurut Ayah dia anak baik gak masalah."

"Apa Alzam yang Bunda kenal itu anak baik?" Bunda mengangguk

"Iya Bunda suka perangai anak itu. semoga Alzam yang itu Yah."

"Amin kita berdoa saja."

"Ayah mau tanya kenapa Bunda gak tinggal di rumah ini lagi? terus sekarang kalian tinggal dimana?" Bram sangat penasaran

"Rumah kita di sita karena katanya Ayah memiliki banyak hutang, karena Bunda gak punya banyak uang jadi mereka menyita rumah. Bunda dan Seina tinggal di rumah Bi Ijah, beliau baik sekali pada kami."

Bram terkejut. "Apa, hutang? Ayah tidak memiliki hutang pada siapapun."

Bunda menatap Ayah lekat, jelas tidak ada kebohongan yang Bunda lihat

"Apa Ayah punya musuh? sampai ada orang yang memfitnah." tanya Bunda

"Ayah rasa ini orang yang sama dengan orang yang mencelakai Ayah empat tahun lalu, dia musuh bisnis Ayah."

Bunda terkejut. "Jadi Ayah di celakai oleh mereka? siapa orang itu Yah?"

"Ayah akan cerita semuanya nanti."

"Iya."

"Siapa Bi Ijah?" Bram mengalihkan pertanyaan karena melihat raut wajah sang istri tampak sedih

"Beliau pemilik warung. Bunda di kenalkan oleh Pak Ahmad dan dengan tangan terbuka Bi Ijah mengizinkan kita tinggal dirumahnya."

"masyaAllah baik sekali."

"Ayah harus tahu, beliau itu ibu angkat Alzam."

"Bunda serius?"

"Iya. Bunda tahu perangai Alzam dari Bi Ijah. dia bertahun-tahun mengenal Alzam. Bunda awalnya tidak suka sama dia tapi mendengar kebaikan Alzam dari Bi Ijah perlahan Bunda menyukai anak itu."

"Ayah berharap Alzam yang kita maksud adalah Alzam yang sama."

"Semoga saja."

"Bun." panggil Bram di tengah kecanggungan

"Iya."

"Sini deketan." Bunda mendekat

'GREP' Bram memeluk erat Hana, menumpahkan segala kerinduannya. Hana pun membalas pelukan Bram

"Ayah kangen." bisik Bram

"......." hening

Bram melepas pelukan saat menyadari Hana hanya diam, tetapi saat melihat ternyata Hana tengah terisak

ALZSEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang