32||Tidak mau berharap

56 7 4
                                    

"Ternyata ini alasan Mama begitu pilih kasih padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata ini alasan Mama begitu pilih kasih padaku." gumam Alzam pelan namun masih dapat di dengar

"Apa maksudmu? apa Dian tidak memperlakukanmu baik?" tanya Bram

"Mama baik tapi dia tidak peduli padaku, hanya peduli pada Alfian adikku. sekarang Alzam sudah tahu alasan di balik ketidakpeduliannya," ucap Alzam sendu

"Syukurlah setidaknya dia sudah baik mau mengurus anak dari suaminya. kamu harus berterima kasih padanya, Zam. bagaimanapun dia telah merawat mu dengan tulus." Bram memberikan pemahaman

Alzam mengangguk. "Om benar, Mama sudah begitu baik. aku tidak boleh membencinya, setelah pulang nanti aku akan minta maaf pada beliau."

"Bagus. itulah yang harus di lakukan." Bram bangga pada anak sahabatnya ini

"Iya Om, dan ya. aku harus pulang ke asrama sekarang." kata pria muda itu

"Baiklah, senang bertemu denganmu Zam. pertahankan sifat baikmu ini."

"Siap Om. senang bertemu denganmu juga, pamit ya. lain kali aku akan berkunjung kesini," Alzam beranjak dan keluar dari rumah Bram

Bram menatap kepergian Alzam. hatinya menghangat. dirinya teringat perjanjian konyolnya dengan Askara dulu

'Aku akan meneruskan perjanjian kita Aska, aku sangat menyukai kepribadian anakmu.' batinnya

»»——(♪)——««

Hari Minggu pagi, di Indonesia

Seina, Bunda dan Bi Ijah tengah bersantai di ruang tamu kecil sederhana. mereka asyik berbincang

"Nak, boleh bibi bertanya? kamu sudah dekat dengan Alzam berapa lama?" tanya Bi Ijah

"Em dekat dari aku dua tahun terakhir, kita berteman." jawab gadis itu

"Apa Alzam pernah mencurahkan isi hatinya padamu?" tanya wanita paruh baya itu lagi

"P-pernah bahkan pernah menangis saat curhat," ucap Seina jujur

Bu Ijah berbinar. "Benarkah? Itu artinya kamu spesial bagi Alzam."

Bunda tiba-tiba tersedak mendengar ucapan Bi Ijah

"Bunda gak pa-pa?" Seina panik kemudian mengambil alih air putih di tangan Bunda

"Iyah Bunda hanya terkejut." jawab Bunda sambil mengelap sisa air di mulutnya

"Uh aku panik lho, takut Bunda kenapa-napa." reaksi Bunda hanya tersenyum mendengarnya

Seina beralih pada Bi Ijah. "Kenapa aku spesial bagi kak Alzam?

"Kamu harus tahu. dari kelas 10 Alzam selalu bersama Bibi, dia selalu mencurahkan isi hatinya pada Bibi bahkan seperti katamu dia selalu menangis saat curhat dan Alzam pernah bilang kalau Bibi begitu spesial karena bisa membuatnya percaya untuk menjadi tempat curhatnya." Bi Ijah tersenyum hangat

"Lalu?"

"Alzam juga pernah beritahu Bibi kalau dia punya teman curhat lain, teman perempuannya. Bibi yakin itu kamu Seina, kamu spesial bagi Alzam."

Mendengar itu Seina menjadi senang tapi seketika menjadi murung

"Benarkah? apa Bibi yakin? temannya bukan hanya aku. kak Azam juga punya seseorang yang dia cinta."

Bi Ijah tersenyum. "Sangat yakin. bibi mengenal Alzam, Bibi juga tahu perempuan yang Alzam cinta tapi kata hati bibi mengatakan kalau kamu begitu spesial bagi dia."

"Apa yang buat Bibi seyakin itu?" tanya Seina penasaran

"Saat bibi mengantar Alzam ke bandara anak itu selalu murung, setelahnya minta putar balik. bibi yakin kalau dia berat meninggalkan seseorang. Alzam menghentikan mobil di rumahmu tapi rumah itu kosong. terlihat Alzam jadi sangat sedih karena kamu tidak ada di rumah. karena kamu tidak ada akhirnya kami balik lagi ke bandara, Alzam terlihat wajah murung." Bi Ijah menjelaskan

"Bukannya kak Alzam sempat pamitan sama Mika, Bi?"

Bi Ijah mengiyakan. "Setelah di perjalanan Alzam ingin berhenti di rumah seseorang yang katanya orang yang dia cinta, lalu Alzam menemuinya tapi saat kembali ke mobil. anak itu tetap murung, padahal katanya sudah pamitan sama Mika."

Bi Ijah tersenyum penuh arti. "Bibi yakin itu karena dia belum pamitan sama kamu Seina."

Seina merasakan hatinya menghangat mendengar penuturan Bi Ijah, tapi dia tidak mau terlalu berharap. bisa jadi hanya dugaan Bi Ijah saja

"Begitu ya, Bi." singkat Seina

Bi Ijah mengangguk sedangkan Bunda hanya mendengarkan obrolan mereka tidak ada niat ingin ikut berbicara. namun, diam-diam Bunda jadi tahu sifat asli Alzam yang begitu rapuh jika sudah kenal dekat dengan seseorang

 namun, diam-diam Bunda jadi tahu sifat asli Alzam yang begitu rapuh jika sudah kenal dekat dengan seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Halo Readers 👋

Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤

ALZSEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang